Adhyaksa Rela Rumahnya Dijadikan Tempat Diskusi LGBT
jpnn.com - JAKARTA – Adhyaksa Dault meminta polemik tentang lesbian, gay, biseksual dan transgender (LGBT) tak diselesaikan dengan kekerasan. Ketua Kwarnas Pramuka itu berharap, semua polemik diselesaikan dengan damai.
Salah satunya lewat diskusi. Dia bahkan siap menjadikan rumahnya sebagai tempat diskusi masalah itu. Rumah saya terbuka berdialog soal ini, SMS dan kita atur waktu ngopi sambial ngobrol. Karena keterbatasan ilmu saya, saya akan undang juga beberapa pakar dalam hal ini,” kata Adhyaksa, Kamis (28/1).
Penggemar musisi legendaris Iwan Fals itu mengaku menghormati pengikut LGBT. Namun, Adhyaksa terang-terangan tak mendukung LGBT. Adhyaksa mengatakan, kampanye publik agar hak-hak LGBT dihormati sebagai warga negara memang boleh didukung.
“Tetapi jika mereka berkampanye mempromosikan LGBT yang memungkinkan anak-anak Indonesia tertarik untuk menjadi LGBT, tentu ini harus kita tentang,” kata Adhyaksa.
Adhyaksa Dault ternyata mengikuti perkembangan polemik tentang lesbian, gay, biseksual dan transgender (LGBT) yang saat ini sedang ramai dibicarakan publik. Adhyaksa pun memiliki sikap pribadi tentang polemik itu.
“Saya tegaskan bahwa Indonesia adalah negara ber-Tuhan. Oleh karena itu, sebagai bangsa yang mengakui adanya Tuhan, maka sepatutnya kita tidak melakukan larangan-larangan Tuhan. LGBT itu dilarang Tuhan,” terang Adhyaksa.
Mantan Menpora itu berpegang pada pidato Presiden pertama Indonesia Soekarno pada 1 Juli 1945 silam. Saat itu, Soekarno mengatakan: Marilah kita semuanya ber-Tuhan. Hendaknya negara Indonesia ialah negara yang tiap-tiap orangnya bisa menyembah Tuhannya dengan cara yang leluasa. Segenap rakyat hendaknya ber-Tuhan secara kebudayaan, yakni dengan tiada “egoisme agama”. Dan hendaknya Negara Indonesia satu Negara yang ber-Tuhan! Marilah kita amalkan, jalankan agama, baik Islam maupun Kristen, dengan cara yang berkeadaban dan menghormati satu sama lain”
“Pegangan saya Pancasila, UUD1945, Trisatya dan Dasa Dharma Pramuka, dan tentunya agama saya (Islam). Baik Pancasila, UUD 1945, Trisatya dan Dasa Dharma Pramuka dan ajaran agama saya tidak ada pertentangan, intinya mengakui keberadaan Tuhan dan meminta kita bertakwa pada Tuhan,” tambah Adhyaksa. (jos/jpnn)
- Sikap Ahli di Sidang Kasus Timah Tidak Etis, Perhitungan Kerugian Negara Diragukan
- Rayakan HUT ke-24, Epson Berkomitmen Berikan Dampak Positif Bagi Masyarakat Indonesia
- Ahmad Muzani Ingatkan Warga Jaga Persatuan & Kesatuan Menjelang Pilkada 2024
- KNPI Ajak Seluruh Pemuda Bergerak Mewujudkan Indonesia Emas 2045
- Lolly Suhenty Serahkan Santunan Dana Kepada Keluarga Staf Bawaslu yang Wafat
- Bantah Kriminalisasi Jaksa Jovi, Kejagung Singgung Tuduhan Tak Senonoh soal Nella Marsella