Adian: Semoga Para Menteri Tak Beri Data Salah ke Presiden Terkait Pakaian Bekas
"Maka, sisa ruang pasar bagi produk dalam negeri cuma tersisa maksimal 5 persen, itu pun sudah diperebutkan antara perusahaan besar seperti Sritex, ribuan UMKM dan pakaian bekas impor," katanya.
Adian juga mengatakan dari 417 ton impor pakaian bekas, tidak semuanya bisa di jual ke konsumen, karena ada yang tidak layak jual.
Rata rata yang bisa terjual hanya sekitar 25 persen hingga 30 persen saja atau sekitar 100 ton saja.
"Jika dikatakan pakaian bekas impor tidak membayar pajak, maka itu juga bisa diperdebatkan."
"Karena data yang saya sampaikan di atas adalah data BPS yang tentunya juga harus tercatat juga di bea cukai," katanya.
Adian lantas bertanya siapa sebenarnya yang membunuh UMKM, jika memperhatikan data-data yang dipaparkan.
"Mungkin urut urutannya seperti ini, UMKM 80 persen dibunuh pakaian jadi impor dari Tiongkok, sementara pakaian jadi impor Tiongkok saat ini tidak dibunuh, tetapi sedang digerogoti oleh pakaian bekas impor."
"Jadi, siapa sesungguhnya yang dibela oleh Mendag dan Menkop UMKM? Industri pakaian jadi di negara Tiongkok atau UMKM Indonesia? Ayo sama sama jujur," katanya.
Adian Napitupulu berharap semoga para menteri tak memberi data yang salah ke Presiden Jokowi terkait dampak pakaian bekas terhadap UMKM.
- Tingkatkan Profit UMKM Lewat Digitalisasi dan Pelatihan Pasar
- Jamkrindo Bantu Pelaku UMKM yang Sulit Dapat Akses Modal Perbankan
- Bea Cukai Kalbagsel dan Instansi Terkait Dukung Pelaku Usaha Lokal Tingkatkan Ekspor
- Lewat Program 'Didik', Bea Cukai Tingkatkan Kompetensi Perusahaan Penerima Fasilitas AEO
- Layanan CRM OCA Bantu UMKM Lebih Dekat dengan Pelanggan
- Kabar Baik, Target KUR 2025 Naik jadi Rp 300 Triliun