Adu Kuda di Muna Terancam Punah

Adu Kuda di Muna Terancam Punah
Adu kuda jantan di Muna terancam punah. Foto: Getty Images
PACUAN kuda tentunya sudah familiar terdengar. Di negara manapun, kuda diperlombakan untuk adu kecepatan. Namun di Muna, Sulawesi Tenggara kuda diperkelahikan. Tradisi ini sudah lama berlangsung sejak pemerintahan di Muna masih kerajaan. Atraksi perkelahian kuda digelar untuk hiburan masyaraka, baik memasuki musim tanam atau panenan dan hajatan lain. Tradisi tersebut kini masih tetap dilestarikan di Kecamatan Lawa.

Suara ringkikan kuda menggema berkali-kali ditanah lapang Wakantei, Desa Latugho, Kecamatan Lawa. Kuda-kuda tersebut lagi diadu, diperkelahikan satu dengan yang lainnya. Setiap kali kaki-kaki kuda saling menendang dan bertemu di udara, sorakan penontong membahana. Beberapakali penonton harus lari berhamburan menyelamatkan diri, ketika kuda lari menuju ke arah mereka.

Sementara itu Abdul Karim (72)  dan La Ode Ngorugoru (61), pawang kuda-kuda yang berkelahi tersebut, terus berteriak memberi komando kepada pemegang tali kekang kuda, setiap kali kuda-kuda beradu tendangan di udara atau ketika kuda tidak lagi berkelahi.

Perintahnya ketika kuda sudah saling mengigit, agar pemegang tali kekang menarik atau memisahkan kuda yang saling mengigit. Tujuannya agar kuda-kuda tersebut tida  saling melukai, hanya beradu tendangan di udara. Begitu juga ketika kuda sudah tak lagi berkelahi, agar si pemegang kekang kuda menarik kuda-kuda tersebut agar beradu kembali. Pemegang tali kekang kuda itu La Ode Abjina (42) anak Abdul Karim.

PACUAN kuda tentunya sudah familiar terdengar. Di negara manapun, kuda diperlombakan untuk adu kecepatan. Namun di Muna, Sulawesi Tenggara kuda diperkelahikan.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News