'Aduh Kasiang, Torang Nda Ada Sudara di Jakarta'

'Aduh Kasiang, Torang Nda Ada Sudara di Jakarta'
Dua gadis belia asal Bitung, Mita (15) dan Andini alias Fani (16) yang selamat dari human trafficking berpose bersama Tommy Waworundeng (kanan) dari Manado Post (Grup JPNN.com). JPNN.com

"Kalu kita nda baminta doi panjar. Kita tako ley jang kong nda jadi karja dorang minta pulang," tukas gadis belia yang tinggal bersama ayahnya seorang pelaut di Bitung.

Pengakuan Mita dan Fani semakin memperkuat dugaan kalau mereka korban trafficking. Kebetulan, kedua korban juga dikasih sebuah handphone lengkap dengan nomor yang di dalamnya sudah ada nomor kontak pria dengan identitas tercatat sebagai "papi".

Hand phone itu yang memberi petunjuk adanya gelagat mencurigakan karena setelah tiba di Jakarta, langsung dihubungi papi dan beberapa nomor yang tidak dikenal. Keduanya juga meminta tolong kami untuk menyelamatkan mereka. Untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan, kami sepakat membawa kedua korban ke pihak berwajib untuk meminta pengamanan.

Langkah itu dilakukan atas arahan pihak Polda Sulawesi Utara (Kabid Humas AKBP Wilson Damanik) yang dihubungi sesaat setelah tiba di Bandara Soekarno-Hatta. Ternyata, setelah memasuki ruang kedatangan, dugaan bahwa akan ada pihak yang menjemput keduanya semakin kuat. Sadar kalau mereka akan dijemput orang tak dikenal, kedua korban semakin panik. Handpohne yang diberikan orang yang mengirim keduanya tiba-tiba terhubung.

Namun, saat itu handphone tidak di tangan keduanya, melainkan sudah dipegang “tim penyelamat” dadakan yang terdiri dari 4 orang. Handpohe tersebut sengaja di-silent sehingga tidak akan ketahuan oleh penelepon. Telepon pertama yang masuk terbaca identitasnya, yakni “papi” yang diyakini pengirim kedua gadis itu.

Karena tidak diangkat, telepon kemudian masuk lagi dengan nomor yang berbeda. Saat itu, kedua gadis dan “tim penyelamat” sedang menuju pintu keluar ruang kedatangan, beberapa pria misterius memasang pandangan kepada kedua gadis.

Mereka juga menaruh handphone di telinganya sambil matanya awas pada setiap penumpang yang menuju pintu keluar. Pada saat yang bersamaan, handphone yang diberikan kepada kedua gadis dan dipegang oleh salah satu di antara kami juga terhubung dengan nomor tak dikenal. Sasana agak tegang karena tidak terlihat satu pun peugas di sekitar lokasi. Seampai di pintu keluar, terlihat seorang petugas sekuriti bandara, namun tidak tidak mau mengambil risiko melapor karena kondisi tidak meyakinkan. Ada yang panic di antara “tim penyelamat”.

Namun, dengan cara tersendiri Malut Post mengisyaratkan agar tidak memperlihatkan kepanikan itu. Maklum, penamplan kami sengaja “dipoles" untuk kelihatan seperti petugas. Akhirnya, skenario penyelamatan yang diputuskan sejak dari ruang pengambilan bagasi, yakni membawa keduanya ke Polresta Bandara Soekarno-Hatta yang akan dipakai. Tetapi, ternyata pihak penjemput yang sudah disiapkan ternyata tidak tinggal diam. Mereka berusaha mendekati kedua “mangsa”. Ketegangan pun terjadi. Bagaimana drama penyelamatan kedua gadis ini selepas dari bandara Soekarno-Hatta? (bersambung)

Para pelaku trafficking (perdagangan manusia) tidak saja mengelabui petugas ketika mengirim para korban. Mereka juga merahasiakan daerah tujuan kepada


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News