Agar Aman, Penjual dan Pembeli Dibatasi Besi Teralis
Jumat, 19 Maret 2010 – 04:11 WIB
Pemandangan di Port Moresby sebagai sebuah ibu kota negara jauh berbeda jika dibandingan dengan Jakarta. Dengan jumlah penduduk hanya sekitar 430.000 jiwa (PNG berpenduduk 6,3 juta jiwa berdasar sensus 2009), kota itu tidaklah padat. Bangunan tinggi yang menjulang atau gedung pencakar langit bisa dihitung dengan jari.
Setidaknya itu yang terekam Jawa Pos selama 15 menit menikmati perjalanan dari kawasan Jacksons Parade (lokasi dekat Bandara Jackson) menuju ke tempat penginapan, yakni Hotel Crowne, di kawasan Hunter & Douglas Streets. Di tempat itulah Presiden SBY dan rombongan melakukan sejumlah kegiatan kenegaraan.
Pemukiman penduduk sore itu juga tampak lengang. Bangunan rumah rata-rata tidak mewah. Kebanyakan beratap seng. Namun, ada yang menarik. Hampir semua memiliki pagar yang tinggi. Rata-rata dua meter.
"Pagar-pagar yang tinggi itu merupakan pagar pengaman bagi warga yang bermukim dalam satu kompoun (kompleks)," kata Abdul Hakim, staf penerangan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Port Moresby. Tujuannya jelas, sebagai pengaman dari aksi rasscall (sebutan untuk penjahat).
Jika datang ke Port Moresby, ibukota Papua Nugini (PNG), harus ekstra hati-hati. Ancaman aksi kriminalitas tak mengenal waktu. Berikut catatan wartawan
BERITA TERKAIT
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara
- MP21 Freeport, Mengubah Lahan Gersang Limbah Tambang Menjadi Gesang
- Sekolah Asrama Taruna Papua, Ikhtiar Mendidik Anak-anak dari Suku Terpencil Menembus Garis Batas
- Kolonel Zainal Khairul: Pak Prabowo Satuan Khusus, Saya Infanteri dari 408