Agar Pasien Tak Lagi Gunakan Kobokan di Perut

Setidaknya kreasi sederhana itu membantu pasien yang kesulitan biaya. Juga agar mereka bisa memakai alat yang lebih layak. Sebab, keterbatasan dana tidak berarti terbatas ide.
Penyuka makanan tradisional Jawa itu mengakui, ada kalanya pasien membuat kantong dari bahan-bahan yang tidak biasa.
Mulai penutup galon air, kobokan, disumbat kain sarung, hingga bra pun disulap jadi kantung kolostomi. ”Kasihan kalau lihat pasien pakai kobokan di perutnya. Tapi, juga lucu, hehe,” ujarnya, lantas tertawa.
Untungnya, penelitian itu didukung Kepala Departemen Ilmu Bedah dr Agung Prasmono SpB BTKV K MARS dan segera digunakan sebagai alternatif. Alhasil, banyak pasien yang terbantu. Selain menghemat biaya, mereka terhindar dari iritasi bila memakai colostomy bag non-karaya gum.
Batok kolostomi itu bisa dibeli seharga Rp 6.000. Sebenarnya, Vicky pun tidak ingin menarik biaya. Namun, hasil jualan tersebut digunakan sepenuhnya untuk membayar jasa tukang bor batok serta membeli bahan baku yang tidak lagi gratis. (Priska Birahy/c6/dos)
DOKTER Vicky S. Budipramana prihatin betul. Dia menyaksikan pasien kanker usus besar (kolon) terus bergelimpangan dengan kulit perut yang iritasi
Redaktur & Reporter : Soetomo
- Rumah Musik Harry Roesli, Tempat Berkesenian Penuh Kenangan yang Akan Berpindah Tangan
- Batik Rifaiyah Batang, Karya Seni Luhur yang Kini Terancam Punah
- 28 November, Masyarakat Timor Leste Rayakan Kemerdekaan dari Penjajahan Portugis
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara