Agar Remaja Lebih Saling Peduli

Agar Remaja Lebih Saling Peduli
FOTO : Jawa Pos

jpnn.com, SURABAYA - Agar remaja tidak salah pergaulan, Dinas Pendidikan Surabaya mengadakan kembali program Konselor Sebaya. Kemarin (15/10) program Konselor Sebaya yang dihelat tiap tahun sejak 2012 itu dilaksanakan di lima titik wilayah Surabaya. Di kawasan utara, program tersebut dilangsungkan di SMPN 11. Ada sekitar 210-230 siswa yang ikut serta. Mereka berasal dari berbagai 20 SMP negeri dan swasta di wilayah Surabaya Utara.

Fasilitator dari LSM Plato Surabaya Nanang Abdul Khanan menyatakan, tahun ini materi atau modul yang disampaikan kepada para siswa bertambah. Yakni, ditambah teknik komunikasi. ''Ini supaya anak lebih enjoy ketika berbicara dengan sesama temannya,'' ujarnya.

Meski tidak banyak, masih ada persepsi yang muncul. Yakni, para siswa yang tergabung dalam Konselor Sebaya masih dianggap sebagai mata-mata para guru bimbingan dan konseling (BK). ''Padahal, BK sebenarnya sahabat bagi siswa,'' katanya. Sejak lama para murid menganggap BK identik dengan momok. Jika berurusan dengan BK, mereka dianggap bermasalah dan ujung-ujungnya orang tua dipanggil. Dua hal yang paling ditakuti para siswa.

Tantangan tahun ini, lanjut dia, membangun hubungan antara sekolah dan orang tua. Terutama dalam mencegah atau menyelesaikan permasalahan yang dihadapi anak. Dia mencontohkan cutting challenge yang mengemuka beberapa waktu lalu. Tantangan berbahaya melalui grup-grup media sosial itu sempat menerpa para siswa. ''Kejadian tersebut semestinya bisa diidentifikasi sebelumnya sehingga tidak menunggu korban dan bisa dicegah,'' tuturnya.

Karena itu, Konselor Sebaya menjadi kunci. Sesama siswa bisa saling curhat. Dengan begitu, mereka bisa mencari perlindungan dan solusi. Melalui peer counselor, para siswa bisa membangun kepercayaan serta mampu menjaga diri dan rahasia. ''Sebelum mendengar, dia juga harus peka pada lingkungannya. We share, we care,'' jelasnya.

Nanang menyebut siswa sebagai konselor juga harus memiliki kebanggaan tersendiri. Kesadaran dan identitas diri siswa sebagai konselor perlu dibentuk. ''Kami bangun persepsi bahwa BK juga merupakan sahabat siswa,'' tuturnya.

Kemarin ada beberapa modul yang disampaikan kepada para siswa. Di antaranya, pubertas dan seksual remaja, hak anak, gender, perlindungan anak, perlindungan diri secara sederhana, hingga materi tentang motivasi untuk mencapai tujuan.

Muji, guru MTs Rodlotul Ulum, mengatakan bahwa program Konselor Sebaya cukup penting. Sebab, siswa bisa dihadapkan dengan berbagai kondisi dan lingkungan. Tidak terkecuali di wilayah Surabaya Utara yang karakteristik masyarakatnya cenderung keras. ''Lingkungannya cenderung rawan, perlu pendekatan yang ekstra, termasuk kepada orang tua,'' papar guru di sekolah kawasan Bulak Banteng, Sidotopo Wetan, tersebut. (puj/c15/ano) 

Sesama siswa bisa saling curhat. Dengan begitu, mereka bisa mencari perlindungan dan solusi.


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News