Agar Sukses, Anggota BIN Harus Dapat Restu Ibu
Sabtu, 27 Oktober 2012 – 07:20 WIB

Supono Soegiran, saat ditemui di Pesona Kahyangan, Margonda, Depok, Jawa Barat, Senin, 22 Oktober 2012. Foto: Ridlwan/ Jawa Pos
Dia juga meluruskan persepsi orang bahwa intelijen selalu identik dengan dunia hitam, jahat, licik, dan curang."Itu karena di Indonesia masih terbayang-bayang intel di masa Orde Lama maupun Orde Baru yang dimanfaatkan user-nya, yakni kepala negara, untuk tujuan pribadi," katanya.
Padahal, lanjut dia, intelijen seharusnya mengabdi pada satu prinsip, yakni kepentingan nasional. "Karena pimpinan tertinggi yang idealnya bisa menjamin kepentingan nasional adalah presiden, kami hanya patuh kepada dan melayani presiden sebagai single user," katanya.
Intelijen juga harus legawa jika selalu disalahkan dalam setiap peristiwa besar. "Kita tidak boleh membela diri walaupun data dan analisis sudah disetorkan ke user sebelum kejadian, tapi tidak ditindaklanjuti. Istilahnya, gupak pulut ora mangan nangkane (kena getah, tapi tak mencicipi buahnya, Red)," katanya.
Sejarah ilmu dan metode intelijen sudah ribuan tahun. Di Indonesia bahkan dipakai sejak zaman Ken Arok dalam meruntuhkan takhta Tunggul Ametung pada masa Kerajaan Singasari. Begitu juga saat Sultan Agung Hanyokrokusumo menyerang Batavia. Saat itu Sultan memanfaatkan telik sandi beretnis Tionghoa bernama Tjong Ling.
DUNIA intelijen selalu penuh misteri dan kerahasiaan. Apakah hidup sebagai mata-mata seindah yang digambarkan dalam film James Bond besutan Holywood?
BERITA TERKAIT
- Semana Santa: Syahdu dan Sakral Prosesi Laut Menghantar Tuan Meninu
- Inilah Rangkaian Prosesi Paskah Semana Santa di Kota Reinha Rosari, Larantuka
- Semarak Prosesi Paskah Semana Santa di Kota Reinha Rosari, Larantuka
- Sang Puspa Dunia Hiburan, Diusir saat Demam Malaria, Senantiasa Dekat Penguasa Istana
- Musala Al-Kautsar di Tepi Musi, Destinasi Wisata Religi Warisan Keturunan Wali
- Saat Hati Bhayangkara Sentuh Kalbu Yatim Piatu di Indragiri Hulu