Agus Salim Pemimpin Rakyat, Sebuah Catatan
Oleh: Mohammad Ibnurkhalid - Praktisi Media

Sekembali dari Tanah Arab, Agus Salim menjadi anak muda yang lebih matang. Menyelesaikan pendidikan di sekolah Belanda, penguasaan bahasa asingnya makin mumpuni, Belanda, Inggris, Jerman, Prancis dan Jepang.
Lima tahun di Arab Saudi Agus Salim juga makin piawai berbahasa Arab ditambah bahasa Turki hasil interaksinya dengan sejumlah pihak dari negara transkontinental ini.
Bertambahnya pemahaman tentang Islam menjadi bekal tersendiri bagi Agus Salim yang kemudian dikenal sebagai pemikir Islam.
Ia juga berhasil memotret sejumlah persoalan keagamaan yang terjadi di tanah air yang menurutnya bersumber dari salah penafsiran, apabila dibiarkan bisa menjadi kemunduran bagi umat. Muncul tekad dalam hati Agus Salim untuk memperbaiki kondisi ini suatu saat nanti.
Peluang itu kemudian terealisasi ketika Agus Salim bergabung dengan organisasi Serikat Dagang Islam.
Ada dinamika menarik terjadi di kalangan umat Islam Hindia Belanda pada awal abad ke-20, munculnya organisasi yang menyuarakan pembaharuan umat.
Sarikat Dagang Islam memulainya tahun 1909 dan berubah menjadi Sarekat Islam atau SI tahun 1911. Kemudian 1912 muncul Muhammadiyah dan Nahdatul Ulama 1926.
Sarekat Islam yang kemudian mengantarkan Agus Salim menjadi anggota Volksraad, parlemen di era kolonial yang menjadi cikal bakal DPR RI.
Pekerjaan sebagai staf konsulat Belanda di Jeddah, Arab Saudi menjadi salah satu titik penting dalam perjalanan hidup Agus Salim.
- Rapat Pleno V DPP AMPI: Kembalikan Muruah Organisasi, Perkuat Soliditas Kader
- Tuan Rondahaim Saragih: Pahlawan Nasional 2025 Asal Sumatera utara, Ahli Strategi Perang Gerilya Melawan Belanda
- Kepemimpinan Dalam Organisasi: Tantangan dan Peluang
- Kasus Donasi Agus Berlanjut, Ada Dugaan Penyalahgunaan Dana, Jumlahnya Sebegini
- Yayasan Merah Putih Peduli Nyekar di Makam RM Margono Djojohadikusumo
- Gelar Seminar Nasional, Yayasan Merah Putih Peduli & Unhan Dukung Margono Djojohadikusumo Jadi Pahlawan Nasional