Agus Salim Pemimpin Rakyat, Sebuah Catatan

Oleh: Mohammad Ibnurkhalid - Praktisi Media

Agus Salim Pemimpin Rakyat, Sebuah Catatan
Praktisi Media Mohammad Ibnurkhalid. Foto: Dokumentasi pribadi

Sebagai Dewan Rakyat bentukan Belanda tentu saja persidangan di bawah kontrol kerajaan Belanda.

Namun Agus Salim pada saat itu memanfaatkan kesempatan untuk benar-benar memperjuangkan suara rakyat yang tertindas.

Dalam sebuah persidangan Volksraad, Agus Salim mengambil keputusan untuk berpidato menggunakan bahasa Melayu, menabrak keharusan berbahasa Belanda.

Semua paham Agus Salim piawai berbahasa Belanda, tapi kali ini atas dasar mengangkat harkat martabat bangsanya ia berpidato bahasa Indonesia - bahasa Melayu yang kemudian menjadi bahasa persatuan Indonesia.

Agus Salim mengumandangkan suara yang paling peka dari rakyat yang dijajah. Ia menyampaikan fakta ketidakpedulian Belanda terhadap jajahannya, apa yang telah diputuskan dalam sidang Volksraad hanya jadi angin lalu bagi pemerintah.

"Apa yang diputuskan Volksraad tidak diindahkan pemeringah dan hilang lenyap saja," tekan dia.

Salah seorang anggota Volksraad dari wakil Zending, Bergmeyer mengajukan interupsi ketika Agus Salim bicara tentang persoalan ekonomi di Hindia Belanda.

Ia seakan mengatakan bahasa Melayu adalah bahasa kampungan tidak akan mampu menjelaskan apa itu ekonomi.

Pekerjaan sebagai staf konsulat Belanda di Jeddah, Arab Saudi menjadi salah satu titik penting dalam perjalanan hidup Agus Salim.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News