Agus Salim Pemimpin Rakyat, Sebuah Catatan

Oleh: Mohammad Ibnurkhalid - Praktisi Media

Agus Salim Pemimpin Rakyat, Sebuah Catatan
Praktisi Media Mohammad Ibnurkhalid. Foto: Dokumentasi pribadi

Schermerhorn juga menjadi salah satu pemimpin delegasi Belanda dalam perundingan Linggarjati dengan Indonesia, di mana ia berkesempatan berinteraksi langsung dengan Agus Salim.

Dalam buku hariannya, Het Dagboek van Schermerhorn, Schermerhorn memberikan pujian yang tinggi kepada Agus Salim. Beliau menggambarkan Agus Salim sebagai sosok yang sangat cerdas dan berpengetahuan luas.

“Orang tua yang sangat pandai ini, seorang jenius dalam bidang bahasa, mampu berbicara dan menulis dengan sempurna dalam paling sedikit sembilan bahasa, mempunyai hanya satu kelemahan, yaitu selama hidupnya melarat." tulisnya.

Mohammad Roem Wakil Perdana Menteri di era kepemimpinan Presiden Soekarno pernah berkunjung ke rumah Agus Salim di Gang Tanah Tinggi, kemudian di Gang Toapekong.

Ia menggambarkan rumah Agus Salim sangat sangat sederhana. Di ruang luar ada meja kursi tapi di dalam hampir-hampir kosong, kami duduk di atas tikar.

Roem mengagumi dalam keterbatasan ekonomi, Agus Salim bersama istrinya Zainatun berhasil membangun keluarga, mendidik tujuh anak mereka dengan sangat baik, mandiri serta piawai berbahasa asing seperti bapaknya.

Agus Salim  pemimpin rakyat sebenarnya. Ia hidup berjuang dan menjadi besar bersama denyut nadi rakyat disekitarnya.

Wafat tahun 1954 dan menjadi pahlawan nasional pertama yang dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Nasional Utama, Kalibata, Jakarta.(***)

Pekerjaan sebagai staf konsulat Belanda di Jeddah, Arab Saudi menjadi salah satu titik penting dalam perjalanan hidup Agus Salim.


Redaktur & Reporter : Friederich Batari

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News