Agustinus Wibowo dan Petualangan Bertahun-tahun di Afghanistan

Lolos dari Perampokan, Pernah Ditawar Pria Homo

Agustinus Wibowo dan Petualangan Bertahun-tahun di Afghanistan
Agustinus Wibowo. Foto: ist/Agung Iskandar/Jawa Pos
Objek prostitusi juga tidak hanya perempuan. Pernah, seorang lelaki Afghan meminta Agus menginap di rumahnya dengan bayaran USD 3. Agus menolak. "Saya tidak semurah itu. Harga saya USD 4,5. Eh, dia pergi. Katanya kemahalan," kata Agus,  lantas terbahak.

Petualangan seru Agus di Afghanistan akhirnya harus berhenti pada 2009. Dia mendengar kabar bahwa ibu tercintanya, Widyawati, jatuh sakit. Kanker menggerogoti tubuhnya. Dengan duit tabungan bekerja di Afghanistan, dia pulang ke  Lumajang. Dia bawa ibunya berobat ke Tiongkok. Namun, ibunda tercinta itu harus meninggal pada 2010.

Karena itu, buku kedua Agus berjudul Garis Batas yang segera rilis dipersembahkan untuk ibundanya. Widyawati termasuk orang yang pernah tidak setuju Agus bertualang. Karena itulah, kedua orang tuanya tidak pernah membiayai petualangan Agus. "Semua kabar buruk juga tidak pernah saya sampaikan ke rumah. Bahwa saya pernah dirampok dan sakit. Takut mereka khawatir," katanya.

Di buku keduanya tersebut, Agus bertutur tentang garis batas yang dimiliki setiap bangsa dan individu. Garis batas itu, kata dia, diciptakan untuk mengotak-kotakkan manusia dalam label-label tertentu. Itu dia temukan saat dia berkunjung ke negara-negara pecahan Uni Soviet.

Agustinus Wibowo bisa disebut sebagai petualang langka asal Indonesia. Dia menjelajah daratan Asia Tengah, mulai dari Beijing, Tiongkok, hingga Afghanistan.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News