Ahmad Basarah: Rata-rata 2 Aksi Teror Terjadi Tiap Bulan di Indonesia
jpnn.com, JAKARTA - Wakil Ketua MPR RI Ahmad Basarah mengatakan bahwa radikalisme dan bom bunuh diri yang melibatkan generasi milenial, terjadi pascadibubarkannya Badan Pembina Pendidikan Pelaksanaan Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (BP7), dan hilangnya materi Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4) dari kalangan pelajar, mahasiswa dan aparatur negara.
Menurut dia, sejak BP7 dibubarkan tidak ada lagi lembaga yang berkewajiban menyosialisasikan dasar dan ideologi negara.
Sejak P4 ditiadakan, lanjut Basarah, tidak ada lagi pelajaran mengenai dasar dan ideologi negara kepada pelajar, mahasiswa dan aparatur negara.
Akibatnya, generasi millenial mencari-cari ideologi dan dasar negara yang dipakai di negara lain, meski belum tentu sesuai dengan Indonesia.
Kondisi ini makin rumit, karena generasi muda lebih percaya kepada media sosial daripada media massa konvensional.
Terbukti tingkat kepercayaan masyarakat kepada medsos mencapai 20,3 persen.
Angka ini lebih besar daripada kepercayaan masyarakat terhadap informasi yang dikeluarkan secara resmi oleh website lembaga pemerintah yang hanya 15,3 persen.
Harus diakui, lanjut Basarah, negara pernah abai terhadap pentingnya sosialisasi dasar dan ideologi negara. Sila-sila dalam Pancasila itu dianggap bisa diartikan sesuai rezim pemerintahan yang berkuasa.
Basarah menegaskan rata-rata setiap bulan terjadi dua kali aksi teror dalam dua puluh tahun terakhir di Indonesia.
- Di Silaknas ICMI, Muzani: Prabowo Ratusan Kali Ingatkan Bahaya Perpecahan Bagi Bangsa
- Waka MPR Ajak Komunitas Peduli Lingkungan Kolaborasi Atasi Perubahan Iklim
- Ibas: Toleransi, Kasih Sayang, dan Kesehjahteraan Bisa Tangkal Radikalisasi
- Lestari Moerdijat Harap Kekerasan di Lingkungan Pendidikan Harus Segera Ditindaklanjuti
- Hadiri HUT ke-60 Golkar, Bamsoet Apresiasi Prabowo Dukung Perubahan Sistem Demokrasi
- Lestari Moerdijat: Inklusivitas Harus Mampu Diwujudkan Secara Konsisten