Air Pollution Economy ala Indonesia

jpnn.com, WASHINGTON - Semakin menurunnya kualitas udara di kota-kota besar akibat polusi harus menjadi perhatian utama pemerintah dengan mengedepankan penggunaan energi baru dan terbarukan.
Krisis pemanasan global sudah di depan mata dan menjadi ancaman serius.
Hal ini disampaikan dalam paparan Wakil Ketua Komisi VII DPR RI Satya Widya Yudha di acara World Bank Civil Society Forum yang digelar di Washington DC, Amerika Serikat.
"Sebagai negara kepulauan, Indonesia sangat rentan terhadap dampak krisis pemanasan global dan perubahan iklim. Ini yang harus menjadi perhatian kita untuk tidak mengabaikan isu tersebut," beber Satya yang berbicra di forum tersebut.
Dia bersama mantan Menkeu Pakistan Mr Naveed Qamar serta Lauri Myllyvirta dari Greenpeace International.
Disebutkan, penyumbang emisi karbon di Indonesia terbesar berasal dari Land Use Land Use Change and Forestry (LULUCF) yang mencapai 50 persen.
Sementara sektor energi menyumbang emisi 30% yang berasal dari transportasi (12%).
"90% penyebab polusi udara dari BBM transportasi darat," ujar Satya.
Semakin menurunnya kualitas udara di kota-kota besar akibat polusi harus menjadi perhatian utama pemerintah dengan mengedepankan penggunaan energi
- Slamet Ariyadi DPR: BPI Danantara Mendorong Peningkatan Perekonomian Nasional Berkelanjutan
- Ramadan Tiba, Pemerintah Harus Siaga
- Bertemu Dubes Kazakhstan, Wayan Sudirta DPR Dorong Kerja Sama Strategis di Berbagai Bidang
- MK Perintahkan 24 Daerah Gelar PSU, Gus Khozin Sentil KPU: Tak Profesional!
- Komisi III Minta Bawas MA dan KY Usut Kejanggalan Kasus Alex Denni
- Versi Pimpinan Komisi VI, Danantara Bakal Dikelola Profesional dan Bisa Diaudit