Airbus A321neo
Oleh Dahlan Iskan
Pun setelah pesawat kedua jatuh di Ethiopia. FAA tetap teguh. Tetap menegaskan bahwa Boeing 737 MAX 8 layak terbang. Padahal sehari sebelumnya CAAC, lembaga serupa di Tiongkok, sudah melarang 737 MAX 8 terbang di negaranya.
Sejak hari itu banyak negara lebih mendengar CAAC daripada FAA. Ini tumben sekali. Ini baru.
Setelah itu barulah FAA ikut melarangnya. Bisa jadi FAA malu hati. Lembaga itulah yang meloloskannya. Bagaimana bisa melarangnya.
Kini semua jenis pesawat itu berhenti beroperasi. Jumlahnya 393 buah. Di seluruh dunia.
Betapa besar kerugiannya. Bagi perusahaan pembeli. Pun bagi Boeing. Juga bagi penumpang. Kini banyak sekali jadwal yang dibatalkan. Anda juga merasakan bukan?
Lion seperti mendapat angin. Dulunya Lion-lah yang disalah-salahkan. Pilotnyalah. Manajemen pemeliharaannyalah. Cara pengaturan tugas pilotnyalah.
Apalagi Lion memang sering salah. Amerika selalu benar.
Lion akan meninjau kembali pembelian 737 MAX 8. Yang nilainya USD 22 miliar. Atau sekitar Rp 30 triliun.