Ajak Pemilih Tak Terjebak Pidato Capres
jpnn.com - JAKARTA - Pakar psikologi politik dari Universitas Indonesia (UI) Hamdi Muluk mengaku heran dengan hebohnya tanggapan tentang durasi pidato pasangan calon presiden-calon wakil presiden dalam deklarasi “Kampanye Pilpres Damai” yang digelar KPU Selasa (3/6) malam. Pasalnya, pidato bukan ukuran bagi seseorang untuk sukses dalam kepemimpinan.
Hamdi mengatakan, aspek penilaian terhadap calon pemimpin bukan hanya persoalan pidato. “Kalau soal kepintaran berpidato, yang sekarang (Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, red) juga jago, tetapi minim aplikasi," kata Hamdi saat dihubungi, Rabu (4/6) merespon berbagai tanggapan yang muncul pasca-pidato Prabowo Subianto dan Joko Widodo dalam deklarasi kampanye damai yang digelar di Hotel Bidakara, Jakarta Selatan itu.
Guru besar psikologi itu menambahkan, sebenarnya isi pidato Prabowo maupun Jokowi sama-sama normatif. Misalnya, Prabowo membuka sambutannya dengan harapan agar demokrasi tetap menghadirkan kesejukan. Sedangkan penutup pidato Prabowo adalah siap mengakui apapun hasil pilpres.
Sementara Jokowi yang pada awal pidato mengingatkan tentang pentingnya pilpres sebagai pesta demokrast tetap menghadirkan kegembiraan, di bagian akhir juga meegaskan tentang perlunya semua pihak menghargai hasil pilihan rakyat.
Bagaimana dengan pujian Prabowo ke Jokowi saat berpidato pada deklarasi pilpres damai itu? Hamdi menganggap hal itu tak berpengaruh signifikan.
Demikian pula dengan pidato Jokowi terlalu singkat sehingga dianggap kurang bermutu, Hamdi juga menilainya bukan hal yang berpengaruh. Sebab, masyarakat pemilih tetap akan melihat figur capres secara utuh, termasuk mencermati sosok calon pemimpin yang hanya bisa pidato dan sosok yang memang pekerja keras.
Selain itu, kata Hamdi, masyarakat tentu akan memilih capres berdasarkan aspek lain seperti kehidupan pribadi dan rekam jejak yang pernah dilakukan. “Termasuk bagaimana kepribadiannya, keluarganya, tidak ada kontroversi di masa lalu, dan apa yang sudah dikerjakan. Jadi tidak hanya yang pintar pidato," ulas Hamdi.
Bahkan Hamdi yang pernah terlibat dalam komite audit survei konvensi calon presiden di Partai Demokrat itu berharap para capres tetap tampil apa adanya. “Kalau nanti Jokowi mendadak jadi pintar pidato dan bagus, justru tidak Jokowi lagi yang selama ini dilihat publik dengan figur pemimpin yang lugu dan tampil dengan bicara apa adanya," ulasnya seraya mengajak tidak terjebak pada pidato capres.(ara/jpnn)
JAKARTA - Pakar psikologi politik dari Universitas Indonesia (UI) Hamdi Muluk mengaku heran dengan hebohnya tanggapan tentang durasi pidato pasangan
- Ingat Janji Pemerintah, Saleh: Jangan Ada PHK di Sritex
- Prakiraan Cuaca Hari Ini: Hujan di Sebagian Besar Wilayah Indonesia
- 5 Berita Terpopuler: Info Terbaru dari BKN soal PPPK Tahap 1, Tolong Jangan Diabaikan
- AKBP Christian Kadang Bakal Proses Anak Buah yang Lalai Gunakan Senpi
- TNI AL Kerahkan Tim Untuk Bantu Padamkan Kebakaran Kapal di Batam
- BNN: Sulsel Darurat Narkoba Urutan Kelima di Indonesia