Ajak Publik Tak Mudah Percaya Hasil Survei

Fadjroel Berbagi Cara Bedakan Survei Valid dan Abal-Abal

Ajak Publik Tak Mudah Percaya Hasil Survei
Ajak Publik Tak Mudah Percaya Hasil Survei

jpnn.com - JAKARTA - Pengamat politik Fadjroel Rachman mengingatkan publik agar tidak mudah percaya dengan hasil survei tentang tingkat keterpilihan (elektabilitas) calon presiden (capres). Menurutnya, bisa saja survei diarahkan untuk mengangkat elektabilitas pasangan calon tertentu sekaligus menurunkan pasangan lainnya

Fadjroel yang juga Direktur Soegeng Sarjadi School of Government (SSSG) itu mengatakan, kredibilitas lembaga survei bisa dilihat dari rekam jejaknya. “Jangan asal percaya hasil survei, apalagi yang tidak clear secara metodologi dan rekam jejak lembaganya tidak jelas," katanya di Jakarta, Rabu (2/7).

Fadjroel pun memberi tip tentang cara untuk membedakan hasil survei versi lembaga kredibel dengan lembaga survei abal-abal. Pertama dengan melihat kredibilitas lembaga survei. Caranya dengan mengecek afiliasi pelaksana survei terhadap asosiasi lembaga survei.  Menurutnya, hal itu penting karena setiap lembaga memiliki kode etik, pakta integritas, serta dewan etik yang akan memeriksa bila sebuah riset itu tak benar.

Kedua, apabila surveinya terkait pileg dan pilpres maka lembaga survei itu harus terdaftar di KPU. Dengan demikian lembaga survei itu tersertifikasi untuk memublikasikan hasil surveinya. Sebab, KPU juga punya dewan etik yang menyertakan sejumlah syarat untuk kembaga survei untuk mempublikasikan surveinya. Misalnya kalau survei sudah dilaksanakan, lembaga survei wajib menyerahkan hasil dan daftar pertanyaan untuk bisa diperiksa.

Ketiga, lanjut Fadjroel, bila mau lebih serius lagi lagi maka publik bisa membandingkan masing-masing publikasi hasil survei dan waktu survei itu dilaksanakan. Pasalnya, bisa jadi survei lama diklaim saat ini.

Keempat, harus dipastikan lembaga survei terbuka ke pihak manapun. Fadjroel menegaskan, publik bisa meminta model pertanyaan saat riset karena pertanyaan bisa saja mengarahkan jawaban responden sejak awal. Itu sebabnya walau metodologi dan objek yang disurvei sama, namun hasilnya bisa berbeda.

"Sebagai contoh, dari sembilan publikasi survei, ada tujuh lembaga menyatakan hasil tak jauh beda yakni pasangan A pemenang. Namun dua lembaga menyatakan sebaliknya. Padahal, metodologi untuk survei sama dan wilayah yang diriset juga sama," jelas Fadjroel.

Dalam beberapa hari terakhir beberapa lembaga survei mempublikasikan hasil surveinya.  Tujuh survei yang telah dirilis dengan angka elektabilitas Jokowi-JK unggul adalah Populi Center, Survei SSSG, Survei ARC, Cyrus Networks, Lingkaran Survei Indonesia (LSI), Pol Tracking, dan Indo Barometer. Sementara dua survei yang mengunggulkan Prabowo-Hatta adalah LSN dan PDB. (rmo/jpnn)


JAKARTA - Pengamat politik Fadjroel Rachman mengingatkan publik agar tidak mudah percaya dengan hasil survei tentang tingkat keterpilihan (elektabilitas)


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News