Akademisi: Konsep Herd Immunity Terlalu Berbahaya jika Diterapkan pada Kasus Covid-19

Akademisi: Konsep Herd Immunity Terlalu Berbahaya jika Diterapkan pada Kasus Covid-19
Ilustrasi COVID-19. Foto: Pixabay

Adapun minum rempah-rempah dan bahan lainnya yang diduga bisa meningkatkan daya imun itu bersifat imunisasi pasif karena tidak langsung terhadap penyakit tertentu.

Umumnya civitas akademika suatu kampus sudah kebal (imun) terhadap jenis-jenis penyakit yang diakibatkan oleh makanan jajanan di sekitar kampus. Mungkin awalnya ada beberapa mahasiswa baru yang terjangkit tetapi lama kelamaan, mereka pun kebal.

"Herd immunity civitas akademika di atas 95% atau hanya 1 orang yang terjangkit penyakit dari 20 orang di komunitas itu," ucapnya.

Dalam hal ini, lanjut Asep, herd immunity dibangkitkan dengan kebiasaan makan yang ada di situ. Kasarnya kita sedang melakukan vaksinasi alami tanpa bayar alias vaksinasi gratis.

Akan tetapi konsep immunity ini tentu tidak bisa diterapkan pada kasus Covid-19. Mengapa? Karena efeknya sangat berbahaya, yakni kematian.

Kekebalan seseorang harus dibayar dengan banyak kematian. Dan bahkan bisa menyebabkan Covid-19 terus menjalar yang sulit dihentikan sebelum ada vaksin.

"Supaya terjadi kekebalan masal atau herd immunity maka mau tidak mau kita lakukan PHBS dan social distancing secara sungguh-sungguh, disiplin, dan taat," tegasnya.

Tidak perlu dipertentangkan dari manapun konsep itu datang. Inilah yang disebut berdamai. Artinya semua harus bersatu supaya energi kita tidak habis oleh pertentangan.

Konsep immunity ini tentu tidak bisa diterapkan pada kasus Covid-19. Mengapa? Karena efeknya sangat berbahaya.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News