Akademisi Unas Jakarta: Digitalisasi Kepolisian Sulit Tercapai jika Hulunya Masih Kotor

Di sisi lain, kata Firdaus, culture militeristik militer masih sangat kental dalam diri kepolisian kita. Beberapa hari belakangan misalkan kita melihat di mana mahasiswa mendapatkan perlakuan represif atau kekerasan dalam aksi demonstrasi penolakan UU TNI pada tahun 2025.
“Kepolisian itu belum mampu menerjemahkan digitalisasi teknologi, karena apa Polisi belum dekat dengan rakyat, serta kampanye pemolisian sipil demokratis dan humanis di Indonesia” pungkas Firdaus.
Sebagai informasi, Civil Society for Police Watch telah melakukan survei sejak 12-18 Maret 2025 lalu, responden terpilih pada 26 Provinsi berjumlah 1.500 orang dengan margin of error kurang lebih 2,53 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.
Adapun metode yang digunakan yakni random sampling, sementara tenaga survey yakni minimal mahasiswa yang telah mendapatkan pelatihan dari tim pusat.
Kemudian, sampel mulai dari gender, agama, tingkat pendidikan, topografi, etnis dan suku.(fri/jpnn)
Jangan Sampai Ketinggalan Video Pilihan Redaksi ini:
Guru Besar Ilmu Politik Universitas Nasional (Unas) Jakarta Firdaus Syam mengatakan digitalisasi kepolisian merupakan suatu keniscayaan.
Redaktur & Reporter : Friederich Batari
- Anggota TNI Penembak 3 Polisi di Way Kanan Terancam Dipenjara Sampai Mati
- Kabareskrim Bicara Soal Teror Kepala Babi di Kantor Tempo, Begini Kalimatnya
- Polda Riau Tingkatkan Kemampuan Penyidik dalam Penanganan Karhutla
- Gilang Komisi III Apresiasi Respons Cepat Polri Tangkap Pelaku Begal WN Prancis
- Tragedi Penembakan di Way Kanan, Lemkapi Desak TNI-Polri Segera Tetapkan Tersangka
- Komisi III DPR Apresiasi Respons Cepat Polri Tangkap Pembegal WN Prancis