AKBP Sumy Hastry Purwanti, Polwan Berkeahlian Unik di Polri

Ahli Mengidentifikasi Mayat lewat Tulang

AKBP Sumy Hastry Purwanti, Polwan Berkeahlian Unik di Polri
AKBP Dr Sumy Hastry Purwanti dr DFM SpF (kedua dari kanan) berfoto bersama usai meraih gelar doktor forensik di kampus FK Unair Surabaya. Foto: dokomentasi pribadi/Radar Semarang/JPG

jpnn.com - AKBP Dr Sumy Hastry Purwanti dr DFM SpF menjadi sosok polisi wanita yang unik di tubuh Polri. Keahliannya adalah mengidentifikasi mayat yang sudah rusak melalui tulang.

M. HARIYANTO, Semarang

BELUM lama ini, Sumy Hastry Purwanti meraih gelar doktor dari Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (Unair) Surabaya. Wanita kelahiran Jakarta, 23 Agustus 1970 ini menuntaskan pendidikan strata 3 setelah menyelesaikan disertasi berjudul Variasi Genetika Pada Populasi Batak, Jawa, Dayak, Toraja dan Trunyan dengan Pemeriksaan D-Loop Mitokondria DNA untuk Kepentingan Identifikasi Forensik.

”Total saya selesaikan kuliah doktor selama tiga tahun 10 bulan. Khusus penelitian disertasi saya selesaikan selama setahun,” tuturnya Radar Semarang (Jawa Pos Group).

Lewat disertasinya itu, ia ingin membuktikan kepada masyarakat bahwa tulang manusia bisa diselidiki untuk mengungkap identitasnya. Untuk pembuktian disertasinya itu, Hastry meneliti puluhan sampel tulang orang yang sudah meninggal.

”Rata-rata sampel yang saya ambil sudah meninggal selama 50 tahun. Total sampel ada 70 tulang, namun yang berhasil diperiksa 50,” bebernya.

Ia menjelaskan, bukan hal mudah mencari tulang untuk mendukung penelitiannya. Selan itu, sampel tulang itu juga harus melewati proses panjang. Pasalnya, sampel yang akan diteliti harus betul-betul keturunan asli Jawa, Dayak, Batak, Toraja dan Trunyan (Bali) tanpa ada campuran DNA dari populasi lain.

”Saya harus berhadapan dengan adat istiadat itu. Ada keluarga sampel yang akan diteliti awalnya menolak. Namun setelah dijelaskan bahwa ini untuk kepentingan penyelidikan akhirnya mereka mau,” ucap alumnus Fakultas Hukum Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Semarang 2004 ini.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News