Akhir Era Gangster Hong Kong

Akhir Era Gangster Hong Kong
Dahlan Iskan. Ilustrasi: Jawa Pos

Yang lebih hebat: tahun berikutnya, saat Hongkong sibuk serah terima dari Inggris ke Tiongkok, Zhang melakukan aksi besar lagi. Kali ini bukan seorang putra mahkota yang diculik. Tapi menculik konglomerat nomor dua terkuat di Hongkong: Walter Kwok.

Kali ini alot. Akhirnya Zhang “hanya” menerima tebusan sekitar Rp 1,2 triliun. Padahal Zhang harus menyembunyikannya selama enam hari.

Target berikutnya: menculik raja judi Macau, Stanley Ho. Tapi Zhang tetap harus membebaskan temannya dari penjara.

Dia sudah berhasil membeli bom. Dari pasar gelap di Macao. Dia simpan di bawah tanah di sebuah tempat parkir truk kontainer.

Zhang harus bisa membebaskan temannya. Tidak sampai setahun setelah menculik Walter Kwok, dia merencanakan menculik kepala pemerintahan Hongkong, Anson Chan. Dengan tebusan membebaskan temannya.

Tapi dia lupa saat itu Hongkong sudah berada di bawah pemerintahan komunis Tiongkok. Yang tidak kenal ampun.

Penculikan gagal. Zhang melarikan diri ke daratan Tiongkok. Ke Guangdong, daerah kelahirannya. Dengan nama palsu. Dengan menyogok banyak aparat. Zhang merasa aman. Sudah begitu banyak pejabat yang dia amankan.

Tapi pemerintah pusat Tiongkok mengerahkan polisi dari pusat. Yang tidak ada hubungan dengan uang gangster.

Hanya dengan menculik anak konglomerat paling kaya di Asia akan bisa mendapatkan uang banyak. Risikonya toh sama dengan perampokan-perampokan kecil.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News