Akhir Pelarian Sang Kolonel
Jumat, 21 Oktober 2011 – 05:35 WIB
SIRTE - Dengan suara gemetar, pria sepuh berbaju militer dengan warna khaki yang terpojok di sebuah selokan air bersama beberapa orang dekatnya itu berteriak, "Jangan tembak, jangan tembak." Pria tersebut adalah Muammar Kadhafi. Sebuah akhir yang amat tragis untuk seorang diktator berpangkat kolonel yang selama sekitar 42 tahun menguasai negeri bekas jajahan Italia itu. Turut tewas bersama pria 69 tahun tersebut di selokan itu salah seorang anaknya, Mutassim, dan Kepala Intelijen Abd Allah al-Sanusi.
Tangannya yang masih menggenggam pistol berwarna keemasan terangkat tanda menyerah. Kelima orang yang bersamanya terkurung di saluran air di bawah jalan di Distrik 2 yang mengarah keluar Sirte, kota di pesisir Mediterania, sebelah barat Tripoli, Libya, tersebut, juga melakukan hal yang sama.
Baca Juga:
Tapi, belasan tentara yang mengepungnya kemarin (20/10) seakan tak mendengar teriakan itu. Pistol emasnya direbut dan kedua kaki si pria tadi ditembak. Ada pula yang menembak perut dan kepalanya. Pria itu pun mengembuskan napas terakhir.
Baca Juga:
SIRTE - Dengan suara gemetar, pria sepuh berbaju militer dengan warna khaki yang terpojok di sebuah selokan air bersama beberapa orang dekatnya itu
BERITA TERKAIT
- Komentari Kesepakatan Hamas-Israel, Imam Khameini Puji Keteguhan Palestina Melawan Zionis
- Israel-Hamas Sepakati Gencatan Senjata, Ini Respons Para Pemimpin Dunia
- Baru Sepakati Gencatan Senjata, Israel Kembali Bantai Warga Gaza
- Hamas dan Israel Sepakat Gencatan Senjata, Akan Ada Pertukaran Tahanan dengan Sandera
- Amerika Coret Kuba dari Daftar Hitam Negara Pro-Terorisme, Selamat!
- Pemerintah Imbau Jemaah Asal Indonesia Tidak Berulah