Akhir Tahun, Rupiah Betah di Bawah Rp 13 Ribu per USD
jpnn.com - JAKARTA – Rupiah disebut-sebut akan bertahan di zona hijau hingga penghujung 2016 mendatang.
Meski begitu, Bank Indonesia (BI) diingatkan untuk tetap hadir di market. Bank sentral diminta mengawal dan mencegah apresiasi rupiah secara signifikan.
Sebab, kalau rupiah mengalami penguatan di luar nalar juga tidak sehat. Hal itu tidak merefleksikan kondisi fundamental sebenarnya.
Nah, karena itu, BI harus mengawal rupiah dengan kebijakan markroekonomi. Misalnya, angka inflasi terjaga, suku bunga acuan (reverse repo) stabil dan tingkat kredit bermasalah (NPL) perbankan terkontrol.
”Tanpa, intervensi rupiah bakal cepat menuju 12 ribu rupiah per USD. Itu tidak sehat dan BI harus melakukan intervensi,” beber analis Platon Niaga Berjangka Lukman Leong di Jakarta, Selasa (27/9).
Lukman menyebut, BI tidak perlu melakukan intervensi secara masif. BI cukup melakukannya dengan moderat dan memantau rupiah tidak terlalu naik drastis. Karena, secara teoretis rupiah hingga penghujung tahun ini ideal bermain di kisaran Rp 12.500 hingga Rp 12.800 per USD.
”Intervensi tidak perlu agresif. Cukup tingkat sedang karena akhir tahun nanti, ada potensi The Fed menyesuaikan suku bunga acuan,” tegasnya.
Menyinggung penguatan rupiah kemarin, Lukman mengatakan hal itu didukung sukses besar repatriasi.
JAKARTA – Rupiah disebut-sebut akan bertahan di zona hijau hingga penghujung 2016 mendatang. Meski begitu, Bank Indonesia (BI) diingatkan untuk
- Dukung Indonesia Fintech Summit 2024, Perusahaan Digital Rasakan Literasi Masyarakat Makin Tinggi
- Puluhan Perusahaan Raih BUMN Branding & Marketing Awards 2024
- Korea Pavilion: 24 Brand Ternama Hadir di SIAL Interfood 2024
- Harga Emas Antam Hari Ini Sabtu 16 November 2024 Turun Tipis, Berikut Daftarnya
- Gerakan Boikot Jangan Dimanfaatkan untuk Persaingan Bisnis
- Pemerintah Meluncurkan Satgas Jejaring Advokasi Inklusi Keuangan Digital Perempuan