Akibat Kematian Remaja, Queensland Makin Ingin Batasi Jam Penjualan Alkohol
Jaksa Agung Yvette D'Ath mendorong usulan itu, dan mengatakan bahwa usulan undang-undang itu akan membantu mendorong perubahan budaya.
"Kita perlu mengubah budaya di negeri ini di mana kita berpikir kita bisa minum alkohol di ruang publik sepanjang hari untuk menikmati diri kita sendiri," utaranya.
Perwakilan industri minuman beralkohol berpendapat perubahan tersebut akan merugikan perekonomian Queensland tanpa membatasi kekerasan.
Nick Braban dari lembaga ‘Our Nightlife Queensland’, mengatakan, industrinya akan menderita di bawah undang-undang baru ini.
"Akan ada kerusakan ekonomi yang signifikan untuk negara bagian Queensland. Kami memperkirakan nilainya mencapai kisaran setengah miliar dolar (atau setara Rp 5 triliun) dan kita sedang mempertaruhkan 6.000 lapangan kerja di seluruh Queensland," belanya.
Ia juga menyuarakan kekhawatiran bahwa hukum ini mendorong kekerasan berpindah dari jalanan ke rumah-rumah.
"Mereka di tengah masyarakat yang melakukan kekerasan tak akan berhenti hanya karena klub malam tutup lebih awal. Kita hanya akan memindahkan masalah ke dalam ruang domestik," pendapatnya.
Pemerintah Queensland mengusulkan undang-undang baru tentang perizinan minuman keras yang lebih ketat untuk membantu memberantas kekerasan akibat
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
- Dunia Hari Ini: Tabrakan Beruntun Belasan Mobil di Tol Cipularang Menewaskan Satu Jiwa
- Korban Kecelakaan WHV di Australia Diketahui Sebagai Penopang Ekonomi Keluarga di Indonesia
- Trump Menang, Urusan Imigrasi jadi Kekhawatiran Warga Indonesia di Amerika Serikat
- Dunia Hari Ini: Tiga Orang Ditangkap Terkait Meninggalnya Penyanyi Liam Payne
- Latihan Militer Terpisah dengan Rusia dan Australia, Indonesia Tak Ingin Dikuasai oleh Siapa Pun?
- Dunia Hari Ini: Donald Trump Jadi Presiden, Kamala Harris Mengakui Kekalahannya