Akibat Kematian Remaja, Queensland Makin Ingin Batasi Jam Penjualan Alkohol

Jaksa Agung Yvette D'Ath mendorong usulan itu, dan mengatakan bahwa usulan undang-undang itu akan membantu mendorong perubahan budaya.
"Kita perlu mengubah budaya di negeri ini di mana kita berpikir kita bisa minum alkohol di ruang publik sepanjang hari untuk menikmati diri kita sendiri," utaranya.
Perwakilan industri minuman beralkohol berpendapat perubahan tersebut akan merugikan perekonomian Queensland tanpa membatasi kekerasan.
Nick Braban dari lembaga ‘Our Nightlife Queensland’, mengatakan, industrinya akan menderita di bawah undang-undang baru ini.
"Akan ada kerusakan ekonomi yang signifikan untuk negara bagian Queensland. Kami memperkirakan nilainya mencapai kisaran setengah miliar dolar (atau setara Rp 5 triliun) dan kita sedang mempertaruhkan 6.000 lapangan kerja di seluruh Queensland," belanya.
Ia juga menyuarakan kekhawatiran bahwa hukum ini mendorong kekerasan berpindah dari jalanan ke rumah-rumah.
"Mereka di tengah masyarakat yang melakukan kekerasan tak akan berhenti hanya karena klub malam tutup lebih awal. Kita hanya akan memindahkan masalah ke dalam ruang domestik," pendapatnya.
Pemerintah Queensland mengusulkan undang-undang baru tentang perizinan minuman keras yang lebih ketat untuk membantu memberantas kekerasan akibat
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
- Paus Fransiskus, Pemimpin Gereja Katolik yang Reformis, Meninggal Dunia pada Usia 88 tahun
- Dunia Hari Ini: PM Australia Sebut Rencana Militer Rusia di Indonesia sebagai 'Propaganda'
- Sulitnya Beli Rumah Bagi Anak Muda Jadi Salah Satu Topik di Pemilu Australia
- Rusia Menanggapi Klaim Upayanya Mengakses Pangkalan Militer di Indonesia
- Dunia Hari Ini: Siap Hadapi Perang, Warga Eropa Diminta Sisihkan Bekal untuk 72 Jam
- Rusia Mengincar Pangkalan Udara di Indonesia, Begini Reaksi Australia