Akibat Penghindaran Pajak, Triliunan Dolar Berpindah dari Negara Ekonomi Berkembang

Penelitian terbaru mengungkap, lebih dari 12 triliun dolar (atau lebih dari Rp 120 kuadriliun) telah tersedot keluar dari Rusia, China dan sejumlah negara ekonomi berkembang lainnya ke dalam dunia keuangan gelap di lepas pantai.
Para pemimpin dunia akan berkumpul di Inggris pekan depan untuk membahas dana triliunan dolar yang disimpan di negara suaka pajak luar negeri, dan mereka akan belajar bahwa masalah ini hanya semakin buruk.
Analisis tersebut dilakukan selama 18 bulan oleh Profesor James S Henry dari Universitas Columbia untuk kelompok Jaringan Keadilan Pajak (Tax Justice Network).
Analisis ini muncul setelah Dokumen Panama mencuat, yang menunjukkan penghindaran pajak secara global di saat orang-orang kaya menyembunyikan aset mereka di wilayah lepas pantai.
Profesor James mengatakan, terbitan terbaru dari Dokumen Panama menyoroti bagaimana warga yang kaya, korup dan berkuasa mengeksploitasi sistem yang ada, khususnya di negara berkembang.
"Kami melihat sejumlah besar pelarian modal keluar dari tempat-tempat seperti China dalam 18 bulan terakhir, lebih dari satu triliun dolar berpindah," tuturnya.
Angka-angka yang terjadi di Rusia memiliki pola yang sama.
"Rusia telah menjadi kontributor besar. Bahkan sejak periode 2014 yang diacu angka-angka ini, sudah ada peningkatan yang luar biasa sehingga Rusia sekarang telah kehilangan lebih dari 1,3 triliun dolar (atau setara Rp 13 kuadriliun)," jelas Prof James.
Penelitian terbaru mengungkap, lebih dari 12 triliun dolar (atau lebih dari Rp 120 kuadriliun) telah tersedot keluar dari Rusia, China dan sejumlah
- Paus Fransiskus, Pemimpin Gereja Katolik yang Reformis, Meninggal Dunia pada Usia 88 tahun
- Dunia Hari Ini: PM Australia Sebut Rencana Militer Rusia di Indonesia sebagai 'Propaganda'
- Sulitnya Beli Rumah Bagi Anak Muda Jadi Salah Satu Topik di Pemilu Australia
- Rusia Menanggapi Klaim Upayanya Mengakses Pangkalan Militer di Indonesia
- Dunia Hari Ini: Siap Hadapi Perang, Warga Eropa Diminta Sisihkan Bekal untuk 72 Jam
- Rusia Mengincar Pangkalan Udara di Indonesia, Begini Reaksi Australia