Akses Kereta Diblokir, Turis Australia Terdampar di Machu Picchu

Sejumlah warga Australia berada di antara lebih dari 1.000 orang yang terdampar di kaki situs terkenal Machu Picchu di Peru, di saat para pengunjuk rasa memblokir satu-satunya jalur transportasi penghubung.
Para pengunjuk rasa itu memprotes kebijakan baru Pemerintah Peru yang memprivatisasi banyak situs arkeologi di negara itu. Baru-baru ini, juga ada juga protes atas kurangnya infrastruktur di wilayah tersebut.
Sam Muraoka, 25 tahun, dari Sydney adalah salah satu dari mereka yang terperangkap di kota kecil Aguas Calientes, di kaki bukit Machu Picchu.
"Ada lebih dari 700 orang di stasiun kereta yang berusaha untuk keluar dan kemudian mereka mengatakan tak akan ada kereta malam ini (22/10) karena mereka tak bisa membersihkan jalur, karena sbelumnya sejumlah orang telah menaruh puing dan pohon-pohon di jalur kereta api," ungkapnya.
Sam Muraoka dari Sydney tak yakin kapan ia akan meninggalkan Aguas Calientes di kaki bukit Machu Picchu.
Sam akan kehilangan penerbangan penghubung ke Bolivia dan berjuang untuk menemukan akomodasi di saat semua hotel di Aguas Calientes penuh.
"Jadi apa yang tampaknya terjadi adalah bahwa, malam ini (22/10), semua orang akan tidur di lantai atau sofa, begitu pula esok malam jika tak ada kereta," katanya.
Emosi terpancar jelas di stasiun Machu Picchu ketika wisatawan yang frustrasi berusaha untuk menerobos gerbang yang terkunci.
Sejumlah warga Australia berada di antara lebih dari 1.000 orang yang terdampar di kaki situs terkenal Machu Picchu di Peru, di saat para pengunjuk
- Paus Fransiskus, Pemimpin Gereja Katolik yang Reformis, Meninggal Dunia pada Usia 88 tahun
- Dunia Hari Ini: PM Australia Sebut Rencana Militer Rusia di Indonesia sebagai 'Propaganda'
- Sulitnya Beli Rumah Bagi Anak Muda Jadi Salah Satu Topik di Pemilu Australia
- Rusia Menanggapi Klaim Upayanya Mengakses Pangkalan Militer di Indonesia
- Dunia Hari Ini: Siap Hadapi Perang, Warga Eropa Diminta Sisihkan Bekal untuk 72 Jam
- Rusia Mengincar Pangkalan Udara di Indonesia, Begini Reaksi Australia