Aksi Keji Tentara Jepang di Pulau Bangka Saat Perang Dunia II Akhirnya Terungkap

Aksi Keji Tentara Jepang di Pulau Bangka Saat Perang Dunia II Akhirnya Terungkap
Suster Vivian Bullwinkel adalah satu-satunya yang selamat dari pembantaian yang dilakukan tentara Jepang di Pulau Bangka di tahun 1942. (Foto: Australian War Memorial)

Pada tanggal 2 Mei 1942, sekitar 10 minggu setelah pembantaian di pantai, Vivian mengalami apa yang dia gambarkan sebagai "furuncles" atau bisul di pahanya, yang  tadinya ia pikir sebuah infeksi jamur atau tinea di kakinya.

Pada tanggal 28 Mei, gejalanya menjadi sangat buruk sehingga dia dirawat di rumah sakit selama 25 hari dan setelah keluar dari rumah sakit, ia mencatat kakinya hanya "sedikit membaik".

David Lewis, seorang profesor kesehatan seksual di The University of Sydney, memberikan ulasan tertulis yang merinci berkas medis Vivian Bullwinkel.

Ditanya apakah dia mungkin menderita penyakit menular seksual, yang tersebar luas di antara pasukan Jepang di Pasifik, Profesor Lewis memperingatkan diagnosis tersebut memerlukan tes darah, tetapi menambahkan sifilis dikenal sebagai 'The Great Imitator', bakteri infeksi yang dapat meniru banyak kondisi umum lainnya.

Sementara dia menulis penyebab paling mungkin apa yang terjadi pada kakinya kemungkinan adalah tinea.

"Munculnya lesi pada kaki dan furunkel di paha 10 minggu setelah pembantaian sesuai dengan masa inkubasi sifilis sekunder, dan kami tahu bahwa ia dalam keadaan sehat hingga Februari 1942," kata Profesor Lewis.

"Mengingat komentar Anda bahwa [Vivian] mengungkapkan dia diperkosa oleh tentara Jepang, ini dapat memberikan peluang penularan bakteri penyebab, dan kami tahu sifilis adalah kondisi yang sangat menular."

Lima bulan setelah pemerkosaan, pada pertengahan Juli 1942, Vivian kembali dirawat di rumah sakit selama sembilan hari.

Vivian Bullwinkel adalah satu-satunya yang selamat dari pembantaian tentara Jepang di Pulau Bangka

Sumber ABC Indonesia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News