Aksi Keji Tentara Jepang di Pulau Bangka Saat Perang Dunia II Akhirnya Terungkap

Aksi Keji Tentara Jepang di Pulau Bangka Saat Perang Dunia II Akhirnya Terungkap
Suster Vivian Bullwinkel adalah satu-satunya yang selamat dari pembantaian yang dilakukan tentara Jepang di Pulau Bangka di tahun 1942. (Foto: Australian War Memorial)

Dia masih memiliki berat badan yang sehat saat itu.

Saat catatan klinis singkat menunjukkan dia sedang dirawat untuk kakinya, mungkinkah dia mengalami keguguran selama tinggal di rumah sakit?

Setelah melahirkan atau keguguran, perempuan biasanya menstruasi setelah empat sampai enam minggu.

Menstruasi Vivian berlanjut delapan minggu setelah dia keluar dari rumah sakit dan berlanjut tanpa gangguan selama beberapa tahun hingga Juni 1944, saat para perawat dan tawanan perang lainnya semuanya menderita kelaparan dan kekurangan gizi.

Sekali lagi, Profesor Lewis memperingatkan Vivian yang tidak mengalami menstruasi kemungkinan besar terkait dengan stres, setelah trauma pembantaian tersebut.

"Namun, kehamilan tidak dapat dikesampingkan karena hasil dari tes kehamilan kurang tercatat dan jika ia hamil dan terinfeksi sifilis, maka akan ada kemungkinan ia keguguran lebih tinggi," katanya.

Georgina menggambarkan "benar-benar sedih" ketika melihat empat halaman catatan medis Vivian yang diketik dan kertasnya sudah menguning.

Lynette juga merasakan hal yang sama.

Vivian Bullwinkel adalah satu-satunya yang selamat dari pembantaian tentara Jepang di Pulau Bangka

Sumber ABC Indonesia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News