Aksi Keji Tentara Jepang di Pulau Bangka Saat Perang Dunia II Akhirnya Terungkap

Vivian menjawab, "Kami benar-benar disiksa dan diperkosa kemudian mereka menggiring ke laut."
Disiksa dan diperkosa.
"Saya bisa tahu mengapa ia sangat kesal karena kebenaran tidak diungkapkan sebelum ia meninggal," kata Patricia.
Sementara Lynette dipuji karena kemampuannya menyisir arsip di masa perang untuk mendapatkan kebenaran.
Semua catatan pernyataan awal Vivian kepada penyelidik kejahatan perang pada tahun 1945 dimusnahkan enam tahun kemudian, bersama dengan setiap berkas penyelidikan lainnya yang tidak berakhir di persidangan.
Tidak ada yang pernah dimintai pertanggungjawaban atas kekejaman di Pulau Bangka, karena tentara Jepang yang terlibat dalam pembantaian itu semuanya tewas dalam pertarungan sengit di Papua Nugini.
"Perwira Senior Angkatan Darat Australia ingin melindungi keluarga yang berduka dari stigma pemerkosaan," demikian dugaan Lynette.
"Itu dianggap memalukan, pemerkosaan dikenal sebagai akhir yang lebih buruk daripada kematian itu sendiri, dan masih merupakan pelanggaran yang bia dihukum mati di negara bagian New South Wales sampai tahun 1955."
Vivian Bullwinkel adalah satu-satunya yang selamat dari pembantaian tentara Jepang di Pulau Bangka
- Sulitnya Beli Rumah Bagi Anak Muda Jadi Salah Satu Topik di Pemilu Australia
- Rusia Menanggapi Klaim Upayanya Mengakses Pangkalan Militer di Indonesia
- Dunia Hari Ini: Siap Hadapi Perang, Warga Eropa Diminta Sisihkan Bekal untuk 72 Jam
- Rusia Mengincar Pangkalan Udara di Indonesia, Begini Reaksi Australia
- Dunia Hari Ini: Katy Perry Ikut Misi Luar Angkasa yang Semua Awaknya Perempuan
- Dunia Hari Ini: Demi Bunuh Trump, Remaja di Amerika Habisi Kedua Orang Tuanya