Aksi Keji Tentara Jepang di Pulau Bangka Saat Perang Dunia II Akhirnya Terungkap
Namun, mengingat militer punya kecenderungan tertentu untuk urusan dokumen, biasanya sulit untuk memilah setiap berkas dan selalu ada seseorang yang tahu ke mana harus mencari.
Pencarian bukti
Pada akhir 1960-an, Barbara Barlow bekerja sebagai juru tulis di Departemen Repatriasi di Melbourne, sekarang Departemen urusan veteran, yang memproses klaim dari mantan personel militer dan sejenisnya yang menjadi difabel karena maju ke medan perang.
Berkas Vivian Bullwinkel disimpan di kantor itu.
Setelah membaca artikel yang ditulis Lynette soal mencari kebenaran pembantaian di Pulau Bangka, tahun lalu ia menghubungi sejarawan dari rumahnya di pedesaan Prancis untuk mengingat-ingat insiden yang terjadi pada tahun 1968.
"Atasan saya sibuk menulis dan mencap sebuah berkas di mejanya dan berkata 'Saya harus menyelesaikan ini dan memasukkannya ke brankas [wakil komisaris]'," kata Barbara.
Itu adalah berkas dengan nama Vivian Bullwinkel.
"Bahwa sebuah berkas harus disimpan dengan alasan keamanan tidak pernah terdengar sebelumnya."
"Semua berkas dari departemen disimpan di perpustakaan pusat."
Vivian Bullwinkel adalah satu-satunya yang selamat dari pembantaian tentara Jepang di Pulau Bangka
- Upaya Bantu Petani Indonesia Atasi Perubahan Iklim Mendapat Penghargaan
- Dunia Hari Ini: Tanggapan Israel Soal Surat Perintah Penangkapan PM Netanyahu
- Dunia Hari Ini: Warga Thailand yang Dituduh Bunuh 14 Orang Dijatuhi Dihukum Mati
- Biaya Hidup di Australia Makin Mahal, Sejumlah Sekolah Berikan Sarapan Gratis
- Rencana Australia Membatasi Jumlah Pelajar Internasional Belum Tentu Terwujud di Tahun Depan
- Dunia Hari Ini: Konvoi Truk Bantuan Untuk Gaza Dijarah Kelompok Bersenjata