Aksi Massa Pasca Pemilu Rawan Ditunggangi Teroris JAD Lampung
Serangan itu sendiri merupakan aksi balasan atas peristiwa penembakan brutal di Mesjid Christchurch, Selandia Baru pada pertengahan Maret 2019 lalu yang menewaskan 51 orang.
Namun Al Chaidar mengatakan meski potensi ancaman tetap harus diwaspadai, sejauh ini belum ada sinyal jaringan kelompok teroris JAD Lampung akan merencanakan serangan terhadap kelompok non muslim seperti serangan bom bunuh diri di Sri Lanka baru-baru ini.
Sebaliknya, rencana serangan ini masih ditujukan aparat kepolisian atas keberhasilan kepolisian menggagalkan rencana serangan mereka sejak beberapa tahun terakhir.
"Di Indonesia dendam kesumat mereka masih kepada polisi, mereka memanfaatkan musim pemilu ini sebagai momentum dimana banyak polisi dikerahkan dan polisi sedang dalam posisi yang vulnerable jadi mudah diserang."
"Rencana mereka mau merebut senjata dengan terlibat dalam kerusuhan pemilu untuk agenda mereka sendiri." tambahnya.
Menyikapi ancaman ini, Al Chaidar menilai pemerintah dan aparat terkait perlu secara serius merespon isu kecurangan pemilu dan ancaman aksi massa atau gerakan 'people power' yang digaungkan sejumlah kalangan bisa dicegah.
Sehingga kelompok teroris tidak bisa memanfaatkan momentum tersebut untuk kepentingan agenda mereka.
"Jangan sampai terjadi kondisi yang keruh seperti kerusuhan, itu mereka akan berada di front terdepan untuk jadi 'free rider' dalam menunggangi peristiwa tersebut untuk kepentingan agenda mereka." katanya.
- Upaya Bantu Petani Indonesia Atasi Perubahan Iklim Mendapat Penghargaan
- Dunia Hari Ini: Tanggapan Israel Soal Surat Perintah Penangkapan PM Netanyahu
- Dunia Hari Ini: Warga Thailand yang Dituduh Bunuh 14 Orang Dijatuhi Dihukum Mati
- Biaya Hidup di Australia Makin Mahal, Sejumlah Sekolah Berikan Sarapan Gratis
- Rencana Australia Membatasi Jumlah Pelajar Internasional Belum Tentu Terwujud di Tahun Depan
- Dunia Hari Ini: Konvoi Truk Bantuan Untuk Gaza Dijarah Kelompok Bersenjata