Aksi Premanisme oleh Ormas Bikin Para Investor Resah

Ketua APPI Suwandi Wiratno menjelaskan bahwa debitur yang tidak memenuhi kewajibannya harus menyerahkan kendaraannya sesuai ketentuan hukum.
“Tapi dalam praktiknya, banyak debitur yang justru menghalangi eksekusi dengan melibatkan ormas,” ujarnya.
Menurutnya, beberapa debitur bahkan tergabung dalam lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang memberikan perlindungan kepada mereka agar terhindar dari kewajiban pembayaran cicilan.
Dalam beberapa kasus, debt collector justru mengalami intimidasi saat berusaha menarik kendaraan bermasalah.
“Kami diintimidasi saat melakukan eksekusi, ternyata debitur sudah bergabung dengan komunitas tertentu,” kata Suwandi.
Presiden Direktur PT CIMB Niaga Auto Finance (CNAF) Ristiawan Suherman, mengatakan bahwa intimidasi dari ormas berpotensi meningkatkan kredit macet di sektor pembiayaan.
“Kalau kredit macet naik, perusahaan pembiayaan ikut terdampak karena mereka juga punya kewajiban membayar pinjaman ke perbankan,” jelasnya.
Jika kondisi ini terus berlanjut, perusahaan pembiayaan akan semakin selektif dalam menyalurkan kredit ke daerah yang rawan konflik dengan ormas.
Aksi premanisme dari ormas membuat para investor di sejumlah daerah menjadi resah.
- Bitcoin Terkoreksi USD 80 Ribu, Peluang atau Ancaman bagi Investor?
- Gotrade & TradingView Kolaborasi Menghadirkan Revolusi Trading
- Pemerintah Akan Bangun Kilang Minyak Sebesar 1 Juta Barrel per Hari
- BTP Law Firm Bertransformasi, Jawab Kebutuhan Investor Asing
- Riset UBS Indonesia Ungkap Investor Swasta Antusias pada Danantara
- Investasi di Danantara Bisa jadi Modal Program Pembangunan