Aksi Tolak Kenaikan BBM Bikin Macet
jpnn.com - BALIKPAPAN - Sebanyak 500 massa dari Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) Balikpapan menggelar aksi teatrikal di simpang tiga Plaza Balikpapan, Sabtu (8/11) sekitar pukul 09.00 Wita.
Mereka menolak kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi. Namun, aksi tersebut sempat membuat kemacetan panjang di Jalan Jenderal Sudirman hingga Jalan A Yani, Balikpapan Tengah.
Aksi teatrikal diperankan lima perwakilan HTI Balikpapan yang memperagakan sebagai petani, nelayan, dan buruh. Drama tersebut bercerita tentang penderitaan rakyat kecil.
Kemudian mereka mengungkapkan kekecewaan akan kenaikan BBM. "Menaikkan harga BBM, akan membuat kami menderita,” ungkap salah seorang pemeran teatrikal.
Humas aksi tersebut, Abim Fathan menjelaskan, seharusnya Indonesia punya pendirian. Siapa pun presidennya harus punya komitmen menerapkan pengelolaan minyak dan gas (migas) dengan baik. “Jangan membuat rakyat tercekik,” ujarnya.
Kendati memicu kemacetan, Kasat Lantas Polres Balikpapan AKP Novy Magdalena K mengatakan, tidak terjadi kericuhan dalam aksi tersebut. “Kami menurunkan 20 anggota polisi lalu lintas. Juga ada anggota intel dan aparat lainnya,” paparnya.
Diketahui, harga BBM bersubsidi akan dinaikkan sebesar Rp 3.000. Seperti solar bersubsidi saat ini harga per liter sebesar Rp 5.500. Bila naik menjadi Rp 8.500 per liter. Sedangkan premium saat ini Rp 6.500 liter akan menjadi Rp 9.500. (*/mon/rom/k14)
BALIKPAPAN - Sebanyak 500 massa dari Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) Balikpapan menggelar aksi teatrikal di simpang tiga Plaza Balikpapan, Sabtu (8/11)
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
- RS UKI Terus Berbenah Memasuki Usia 51 Tahun
- Mudhofir Khamid: Keputusan Prabowo Menaikkan UMP 6,5 Persen Sangat Berpihak pada Buruh
- Hari Anti-Korupsi Sedunia 2024: BRI Life & KPK Perkuat Komitmen Berantas Korupsi
- PPATK Bicara soal Pemblokiran Rekening Bank terkait Judi Online
- Pupuk Indonesia Salurkan Pupuk Bersubsidi Kepada Petani, Sebegini Jumlahnya
- Kemendagri-Kemenkeu Bersinergi Dorong Penurunan Stunting dan Kemiskinan