Aktivasi Otak Tengah, Metode Pendidikan yang Makin Digandrungi

Membaca dan Kenali Warna dengan Mata Tertutup

Aktivasi Otak Tengah, Metode Pendidikan yang Makin Digandrungi
OTAK TENGAH AKTIF: Ilyas (kiri), 9 tahun, sedang mendemonstrasikan kemampuannya memilah kartu berwarna dengan mata ditutup kain hitam. Foto : Ridlwan/ Jawa Pos
Akhirnya, pemuda itu menyerah. Dia melepas kain hitam di matanya sambil cengengesan. "Peteng tenan Mas, ora ngapusi (Gelap benar Mas, tidak bohong)," katanya kepada Jawa Pos (JPNN grup).  Saat dicek, kain itu memang kain asli dan bukan semacam  properti sulap yang banyak diperjualbelikan dengan harga Rp 200 ribuan.

Ilyas tak hanya pamer kemampuan memilah bola. Saat Nurhid menulis kata-kata "Aku Cerdas" di whiteboard, Ilyas fasih membaca dengan mata tertutup. Dia juga bisa mewarnai gambar di buku dengan pas tanpa melihat.

Masih dengan mata tertutup, siswa SD Negeri Gunturan, Bantul, DIJ, itu bisa menemukan ibunya, Siti Nur Awallu, yang berdiri di kerumunan penonton yang memang didominasi ibu-ibu. "Alhamdulillah, sejak mengikuti aktivasi otak tengah kemampuan belajarnya meningkat. Dia (Ilyas, Red) senang sekali belajar sekarang," kata Siti.

Anaknya itu, menurut Siti, ada perubahan signifikan di rumah maupun di sekolah. "Dia menjadi lebih  kalem, tidak gampang marah, dan manut sama wong tuwa (patuh kepada orang tua)," tutur istri M. Yahya itu.

ADA metode pendidikan yang kini diperkenalkan kepada masyarakat. Yakni, pelatihan untuk "membangunkan" otak tengah. Metode itu masuk ke

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News