Aktivasi Otak Tengah, Metode Pendidikan yang Makin Digandrungi

Membaca dan Kenali Warna dengan Mata Tertutup

Aktivasi Otak Tengah, Metode Pendidikan yang Makin Digandrungi
OTAK TENGAH AKTIF: Ilyas (kiri), 9 tahun, sedang mendemonstrasikan kemampuannya memilah kartu berwarna dengan mata ditutup kain hitam. Foto : Ridlwan/ Jawa Pos
Agar pelatihan berhasil, anak tak boleh datang dalam keadaan tertekan atau terpaksa. "Karena itu, di awal sesi kami hibur dulu dengan game dan hadiah-hadiah kecil. Pokoknya harus fun," katanya. Dengan alasan patuh kepada aturan lisensi, Nurhid menolak secara halus saat diminta untuk memutarkan musik gelombang alfa yang bisa "membangunkan" otak tengah itu.

Peserta tiap pelatihan dibatasi, tak boleh lebih dari 30 anak. Usia minimal lima tahun dan tak boleh lebih dari 15 tahun. "Kalau kurang dari lima tahun, kemampuan komunikasinya belum maksimal dan fisiknya terlalu mungil," ujarnya.

Kalau lebih dari 15 tahun, mental block-nya sudah terbangun. Apa itu mental block" "Ibarat CD atau flash disk, sudah terlalu banyak data di otak orang dewasa yang menghambat aktifnya otak tengah. Jadi, untuk memformat ulang agak susah walaupun sebenarnya bisa dengan menggunakan metode tertentu," jelas pria yang bergerak di bidang training SDM sejak 1997 itu.

Setiya, master trainer AJI Jogja yang mendampingi Nurhid, menambahkan, aktivasi otak tengah bukanlah magis atau berbau supranatural. "Ini bukan jin, bukan sulap, bukan pula sihir," katanya, lalu tersenyum.

ADA metode pendidikan yang kini diperkenalkan kepada masyarakat. Yakni, pelatihan untuk "membangunkan" otak tengah. Metode itu masuk ke

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News