Aktivis HAM Australia Tak Ingin Charlie Hebdo Disensor di Negaranya
![Aktivis HAM Australia Tak Ingin Charlie Hebdo Disensor di Negaranya](https://cloud.jpnn.com/photo/image_not_found.jpg)
Ia mengatakan, sementara dirinya tak beranggapan bahwa menyinggung atau menghina seseorang itu ilegal, tetap harus ada perlindungan kuat bagi seseorang yang mengalami penghinaan berdasarkan ras mereka.
Ghaith Krayem, dari Dewan Islam Australia, mengatakan, kartun yang beredar setelah serangan Charlie Hebdo akan bersifat ofensif bagi semua Muslim.
"Bagi umat Islam, karakter Nabi dan simbol-simbol agama kami sangat penting. Ada kartun yang menggambarkan Nabi ... dalam sebuah adegan seks. Bagaimana mungkin itu tidak menyinggung seseorang yang menempatkan karakter itu sebagai sosok penting dalam kepercayaan mereka?,” ujarnya.
Ia menerangkan, "Tak ada Muslim Australia yang mendukung kejadian di Paris pekan lalu, namun atas dasar yang sama, kami memiliki hak untuk tersinggung atas apa yang orang lakukan."
Ghaith mengungkapkan, sementara orang memiliki hak agar pendapat mereka didengar, itu tak menjadi alasan untuk berbuat "fanatik".
"Saya mengerti apa yang dikatakan [Tim Wilson]. Orang-orang berhak untuk memiliki pandangan dan agar pandangan itu didengar," katanya.
"Tapi pada saat yang sama, saya memiliki hak untuk bisa mengatakan 'apa yang Anda katakan menyakitkan saya dan bukan hak Anda untuk menentukan bagaimana saya menanggapi tindakan fanatic itu. Karena itu memang fanatisme.’," tambahnya.
Komisaris Hak Asasi Manusia Australia, Tim Wilson, mendukung adanya perubahan terhadap undang-undang diskriminasi rasial, dengan alasan, kartun yang
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
- Dunia Hari Ini: Julian Assange Resmi Bebas, Akan Kembali ke Australia
- Silang Sengkarut Fakta di Balik Kasus Kematian Afif Maulana
- Dunia Hari Ini: Julian Assange, Pendiri Wikileaks, Keluar dari Penjara di Inggris
- Dunia Hari Ini: Mal di Australia Selatan Terapkan Lockdown, Dua Remaja Ditangkap
- Dunia Hari Ini: Gelombang Panas Melanda 3 Benua Sekaligus
- Dunia Hari Ini: Monumen Prasejarah Inggris jadi Sasaran Serangan Aktivis Iklim