Aktivis Lingkungan Pertanyakan Penggunaan Galon Sekali Pakai
jpnn.com, JAKARTA - Juru Kampanye Urban Greenpeace Indonesia Muharram Atha Rasyadi menilai penggunaan galon sekali pakai tidak sesuai dengan semangat pemerintah mengurangi 70 persen sampah di laut pada 2025.
Munurut Atha, adanya produk-produk baru yang berpotensi menimbulkan sampah seperti produk air minum dalam kemasan (AMDK) galon sekali pakai menjadi aneh saat pemerintah menargetkan pengurangan sampah plastik.
"Itu, kan, aneh namanya," kata Atha, Selasa (7/9).
Dia mengatakan pemerintah perlu membuat perencanaan untuk mengurangi sampah dalam sepuluh tahun sampai 30 persen, seperti yang ditargetkan dalam Peraturan Menteri LHK No. 75 Tahun 2019.
“Namun, yang mereka lakukan, kok, malah mengeluarkan produk-produk baru yang ternyata berpotensi menimbulkan sampah dengan alasan produk itu bisa didaur ulang,” tutur Atha.
Pada kesempatan yang sama, Co-Coordinator Aliansi Zero Waste Indonesia (AZWI) Abdul Ghofar menyesali penggunaan kemasan air minum galon sekali pakai ini.
Galon sekali pakai, lanjut Ghofar, memang bisa didaur ulang tetapi pengumpulan sampah plastik itu yang menjadi kendala.
Menurutnya, jumlah pemulung yang mengumpulkan semua sampah plastik sekali pakai terlalu sedikit.
Aktivis lingkungan menilai penggunaan galon sekali pakai tidak sesuai dengan semangat pemerintah dalam mengurangi sampah plastik.
- Pilih Kemasan Galon AMDK PC atau PET? Ini Kelebihan & Kekurangannya Menurut Pakar
- Tim Smansasiers Universitas Indonesia Menjuarai Kompetisi CALIBER 2024
- WPC dan GPA Serukan kepada Pemerintah untuk Turut Mengakhiri Polusi Plastik
- Jutaan Ton Sampah Plastik Cemari Lingkungan, Kondisi TPA Mengkhawatirkan
- Pemilik Usaha Kecil dan Menengah di Indonesia Minta Lebih Diperhatikan
- Bank Mandiri Wujudkan Ekonomi Berkelanjutan Lewat Daur Ulang Pakaian