Aktivis Lingkungan Soroti Rusaknya SM Rawa Singkil Aceh
“Kedua hal ini akan berdampak langsung kepada masyarakat yang tinggal di desa-desa di sekitaran SM Rawa Singkil," tuturnya.
Di sisi lain, rusaknya hutan gambut Rawa Singkil juga berdampak pada pemanasan global.
“Emisi karbon yang dilepas dari rawa gambut ini jauh lebih besar dibanding hutan di lahan mineral. Ini memicu pemanasan global yang lebih parah,” tegasnya.
Yayasan HAkA selama ini rutin memantau kondisi tutupan hutan di Kawasan Ekosistem Leuser (KEL), termasuk di dalamnya ada Rawa Singkil. Dalam lima tahun terakhir, sedikitnya Rawa Singkil telah kehilangan 1.324 hektare tutupan hutan.
Lukmanul menyebut laju deforestasi di kawasan tersebut terus meningkat tiap tahunnya. "Selama Juni 2023 saja, kami menduga ada sekitar 66 hektare hutan yang hilang di SM Rawa Singkil,” ungkapnya.
Lebih lanjut, Lukmanul memaparkan total selama Januari hingga Juni 2023, SM Rawa Singkil diperkirakan mengalami kehilangan tutupan hutan seluas 372 hektare atau meningkat 57 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya.
Tak hanya masalah deforestasi, Lukmanul menyebut, Rawa Singkil juga dirundung berbagai masalah yang cukup pelik, mulai dari persoalan tapal batas, penegakan hukum, hingga dugaan adanya bekingan.
Kepala Divisi Advokasi dan Kampanye WALHI Aceh, Afifuddin Acal mengatakan Rawa Singkil masih bermasalah dengan tapal batas. "Ini memunculkan konflik tersendiri," katanya.
Suaka Margasatwa (SM) Rawa Singkil Aceh kian buram, karena sejak awal 2019 hingga Juni 2023, kawasan tersebut telah kehilangan 1.324 hektare tutupan hutan.
- Pelindo Dorong Sekolah Ramah Lingkungan lewat Program Adiwiyata
- Banjir di Bangli Menewaskan Seorang Bocah Tewas
- Abdul Ghani Raih Best CEO Industri Sawit 2024
- Rock in Solo jadi Panggung Kampanye Atasi Kerusakan Lingkungan
- Banjir Bandang Putus Akses Utama Jalur Provinsi Trenggalek-Ponorogo-Pacitan
- 376 Rumah di Kabupaten Bima Terendam Banjir