Akui tak Gampang Atasi Penyalahgunaan Dana Kartu Indonesia Pintar

Akui tak Gampang Atasi Penyalahgunaan Dana Kartu Indonesia Pintar
Kartu Indonesia Pintar (KIP). Ilustrasi Foto: Doni Kurniawan/dok.JPNN.com

jpnn.com, MALANG - Kartu Indonesia Pintar (KIP) diharapkan bisa membantu siswa memenuhi kebutuhan sekolah. Namun, hasil pantauan Dinas Pendidikan Kota Malang, banyak penerima KIP justru menggunakan dana KIP untuk membeli barang lain ketimbang untuk pendidikan.

”Mereka (orang tua) melihat anaknya dapat uang, bukannya untuk pendidikan, tapi bapaknya minta untuk beli ini dan itu,” ujar Kepala Dinas Pendidikan Kota Malang Dra Zubaidah MM.

Dia melanjutkan, program KIP ini juga menjadi sumber kegalauan tersendiri bagi penerimanya. Antara diperuntukkan bagi dana pendidikan atau kebutuhan yang sifatnya lebih mendesak lagi. Untuk itu, setiap realisasi KIP, dinas pendidikan terus menyosialisasikan wali murid agar sadar fungsi KIP.

Kadang, Zubaidah menyatakan, ada anak-anak yang ingin membeli sepatu atau buku tulis, uangnya kadang dipakai untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Seperti beras, bensin, dan kebutuhan lain. ”Kalau kami tetap mengarahkan, namun orang tuanya memaksa, bagaimana?” ujarnya.

Sayangnya, untuk pemantauan penggunaan KIP bukan dalam koridor pengawasannya dan pihaknya tidak bisa berbuat banyak kecuali terus mengingatkan fungsi utama program KIP.

Terkait realisasi KIP di Malang baru mencapai 80 persen saja. Sisanya, masih terbentur kendala yang menyebabkan sebarannya menjadi kurang optimal. ”Waktu dievaluasi, yang belum menerima itu katakanlah ketika menerima KIP itu SD, tapi sekarang sudah lulus, dia tidak melanjutkan di Malang melainkan ke luar kota,” kata Ida, sapaan akrabnya.

Selain itu, faktor sinkronisasi antara data sekolah dan data bank juga menjadi persoalan lain yang membuat penyebaran KIP belum merata. ”Namanya benar, tapi nomornya tidak sama. Sehingga tidak bisa dicairkan,” ucap dia.

Akhirnya, pihaknya mencoba berkoordinasi dengan kepala sekolah untuk melacak beberapa anak, berikut ditanyakan masalah apa yang menghambat. Kendati demikian, dia tidak bisa menyebutkan rincian detail perihal berapa jumlah penerima yang bermasalah.

Banyak ditemukan kasus dana Kartu Indonesia Pintar alias KIP untuk membeli barang lain ketimbang untuk pendidikan.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News