Al Diplomat

Oleh: Dahlan Iskan

Al Diplomat
Dahlan Iskan. Foto/ilustrasi: Ricardo/JPNN.com

Ketika melihat kamar ini sebenarnya saya pilih sekalian tidur di masjid saja. Akan tetapi saya tidak tahu apakah ada masjid yang buka 24 jam di negara Kristen ini.

Baca Juga:

Saya wartawan. Bisa tidur di mana saja. Anggap saja tidur di Wisma Indonesia ini bagian dari rasa cinta tanah air seperti apa adanya.

Tentu Pak dubes ingin merenovasi Wisma Indonesia itu. Namun, untuk apa. Toh, jarang sekali ada tamu.

Sejak kedutaan dibuka baru sekali ada menteri luar negeri yang ke Ethiopia: Raden Ayu Retno Marsudi. Tentu menlu yang sangat sukses itu tidak tidur di situ.

Rasanya sampai dubes berganti dua kali lagi pun belum akan ada perbaikan. Kalau pun anggarannya dimajukan pasti itu yang nomor satu dicoret –dan saya setuju itu.

Mungkin saat Kedubes ini dibangun belum ada hotel bagus di Addis Ababa. Kini hotel baru bertabur. Pun yang bintang empat dan lima.

Kedubes Ethiopia ini memang tergolong sangat tua. Dibangun tahun 1959. Selesai tahun 1960. Bung Karno merasa berutang budi: pemimpin Ethiopia hadir di KAA Bandung –bersama Zhu En Lai dari Tiongkok.

Kawasan ini dikenal sebagai daerah ''Vatican''. Di sebelah Kedubes Indonesia memang Kedutaan Besar Vatikan. Beberapa kedutaan lagi berada di daerah Vatican ini tetapi tidak bisa disebut kawasan diplomatik. Banyak juga kedutaan lain yang jauh dari sini.

Al Busyra Basnur memang akan kembali ke Indonesia. Akhir Februari ini. Sudah enam tahun Al di sini. Langka. Biasanya duta besar diganti dalam dua-tiga tahun.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News