Al Diplomat
Oleh: Dahlan Iskan
.jpeg)
Ethiopia sudah bukan yang lama. Addis Ababa sudah gemerlap memesona. Juga sudah menjadi hub bagi jalur penerbangan ke seluruh Afrika.
Ethiopian Airline sudah menjadi raksasa di benua itu. Kalaupun akan ada izin untuk perusahaan penerbangan swasta, rasanya ET sudah telanjur lari jauh sekali.
Indonesia mungkin juga tidak akan menutup kedutaan di Ethiopia. Pun di saat dilakukan penghematan besar-besaran. Di antara negara ASEAN, hanya Indonesia yang punya kedutaan di sini.
Tentu duta besarnya harus menyadari pentingnya Ethiopia sebagai pemimpin ''ASEAN'-nya Afrika Timur. Kawasan ini kian strategis, apalagi kantor sekretariat tetap Uni Afrika juga di Addis Ababa –seperti kantor ASEAN ada di Jakarta.
Dari acara perpisahan itu saya melihat pengaruh Al di kalangan cendekiawan, budayawan, dan wartawan Ethiopia.
Salah satu wartawan terkenal di sana sampai menulis buku tentang peran dan gaya kepemimpinan Al: dalam bahasa Ethiopia. Sang wartawan menyerahkan buku itu, terjemahannya, ke saya di panggung acara.
Al pun bercerita: sejak menjadi wartawan pemula dia sudah ingin membuat karya yang eksklusif. Yang tidak biasa-biasa saja.
Saat dia SMA itu ada pengungsi Vietnam ke pulau Galang. Tidak ada media di Sumbar yang berusaha meliput ke sana.