Al Diplomat
Oleh: Dahlan Iskan
.jpeg)
Al tergerak ke Galang. Tidak punya uang. Mesin ketik merek Royal-nya dia gadaikan: Rp 30.000.
Dia minta surat tugas ke pemred Singgalang. Dia mengaku sudah memberi tahu orang tuanya di desa di pedalaman Payakumbuh.
Memberi tahu. Bukan minta izin. Dia sudah mencoba dua kali minta izin. Tidak diizinkan.
Dengan bekal surat tugas itu Al naik bus ke Pekanbaru. Lalu naik kapal tongkang ke Tanjungpinang. Di perjalanan Al dapat kenalan. Dia diminta tidur di rumah kenalan itu. Agar tidak perlu bayar penginapan.
Seusai tugas Al pulang dulu ke Payakumbuh. Dia dapati ibunya sakit. Sang ibu jatuh sakit sejak Al pergi.
Kedatangannya dipakai Al untuk meminta maaf. Dan ibunya langsung sembuh. Sang ibu sempat melihat bahwa Al kelak jadi diplomat. Bahkan jadi duta besar.
Dua hari kemudian empat wanita datang ke kedutaan. Mereka para sukarelawan sosial Katolik asal Indonesia. Ada yang asal Ruteng, Atambua, Lampung, dan Kupang.
Mereka datang dari jarak 600 km dari Addis Ababa: khusus untuk mengucapkan selamat jalan ke Al. Dubes Al memang pernah ke gereja mereka. Tidur di kompleks gereja.