Al Diplomat
Oleh: Dahlan Iskan
.jpeg)
Katolik sangat minoritas di Ethiopia. Dari 800 siswa di sekolah Katolik di daerah itu hanya 13 yang Katolik. Selebihnya Kristen, Ortodoks, dan Islam.
Empat wanita itu sudah lebih 10 tahun di pedalaman Ethiopia. Mereka bukan misionaris. Mereka pekerja sosial: mengurus pendidikan, kesehatan, dan pemberdayaan perempuan.
Di jari kelingking mereka tersemat cincin khusus. Ada tulisan bahasa Latin di cincin itu. Artinya ''pengantin surga''. Mereka yang bercincin seperti itu sudah bertekad untuk tidak menikah seumur hidup. Menikahnya di surga kelak.
Mereka minta maaf tidak bisa datang di acara perpisahan Sabtu sebelumnya. Al balik minta maaf telah membuat mereka datang dari jauh.
Sepanjang acara makan siang Sabtu lalu itu sendiri Al tidak pernah duduk di kursinya: di sebelah saya. Dia datangi tiap meja. Dia ajak ngobrol tamu-tamunya. Respeknya sama: untuk yang di meja depan maupun belakang.
Ketika ada tamu yang sudah selesai makan –dan piringnya sudah dibersihkan dari meja– Al bercanda dengan sang tamu: kenapa belum juga makan, apakah Anda memecahkan piringnya –sambil tangannya menyibak taplak meja untuk melihat apakah ada pecahan piring di bawah meja. Sampai acara makan selesai dia tidak sempat makan.
Al ganteng. Necis. Suka bercanda. Tampilannya flamboyan. Hobinya menulis dan main musik. Dia seorang drummer di grup bandnya dulu.
Percaya dirinya tinggi. Dia tipe duta besar yang diplomat.