Alami Pendarahan Anus, Pencari Suaka di Darwin Merasa Diabaikan Kesehatannya
Mereka berencana untuk menikah dan mulai membangun rumah bersama di negara bagian Victoria, ketika Mohammed dijebloskan dalam tahanan imigrasi pada 30 Juni. Tiga minggu kemudian, ia dipindahkan ke Darwin.
"Yang kami inginkan adalah kehidupan yang damai dan sederhana di negeri ini. Saya hanya ingin Mohammed pulang. Saya ingin ia pulang ke rumah," pinta Maree.
Perempuan ini mengatakan, ia khawatir jika pendarahan anus pasangannya disebabkan riwayat kanker usus turun-temurun dalam keluarga.
"Turunan usus kanker ada di keluarganya. Pamannya dan sepupunya, keduanya, baru-baru ini harus menjalani kemoterapi dan operasi usus," ungkap Maree.
Permohonan bantuan belum dijawab
Maree menderita beberapa gangguan mental termasuk gangguan afektif bipolar, fobia sosial dan agoraphobia (ketakutan berada di tempat umum).
Sejak penahanan Mohammed, yang merupakan pasangannya dan perawatnya, Maree mengatakan, kesehatannya mulai memburuk dengan cepat.
"Saya mungkin sudah kehilangan sekitar delapan kilo sekarang. Saya tak banyak keluar. Saya hanya pergi ke rumah ibu, sedikit belanja, itu saja ... Saya hanya tinggal di rumah dan tak tidur,” tuturnya.
Permintaan seorang pencari suaka di pusat penahanan imigrasi Darwin untuk menjalani kolonoskopi (pemeriksaan usus besar) diabaikan, meskipun menderita
- Ada Sejumlah Alasan Indonesia Menaikkan PPN, tetapi Apakah Sudah Tepat?
- Usia Penonton Konten Pornografi di Australia Semakin Muda
- Dunia Hari Ini: Israel Menyetujui Gencatan Senjata Dengan Hizbullah
- Siapa Saja Bali Nine, yang Akan Dipindahkan ke penjara Australia?
- Dunia Hari Ini: Menang Pilpres, Donald Trump Lolos dari Jerat Hukum
- Dunia Hari Ini: Kelompok Sunni dan Syiah di Pakistan Sepakat Gencatan Senjata