Alami Pendarahan Anus, Pencari Suaka di Darwin Merasa Diabaikan Kesehatannya

Mereka berencana untuk menikah dan mulai membangun rumah bersama di negara bagian Victoria, ketika Mohammed dijebloskan dalam tahanan imigrasi pada 30 Juni. Tiga minggu kemudian, ia dipindahkan ke Darwin.
"Yang kami inginkan adalah kehidupan yang damai dan sederhana di negeri ini. Saya hanya ingin Mohammed pulang. Saya ingin ia pulang ke rumah," pinta Maree.
Perempuan ini mengatakan, ia khawatir jika pendarahan anus pasangannya disebabkan riwayat kanker usus turun-temurun dalam keluarga.
"Turunan usus kanker ada di keluarganya. Pamannya dan sepupunya, keduanya, baru-baru ini harus menjalani kemoterapi dan operasi usus," ungkap Maree.
Permohonan bantuan belum dijawab
Maree menderita beberapa gangguan mental termasuk gangguan afektif bipolar, fobia sosial dan agoraphobia (ketakutan berada di tempat umum).
Sejak penahanan Mohammed, yang merupakan pasangannya dan perawatnya, Maree mengatakan, kesehatannya mulai memburuk dengan cepat.
"Saya mungkin sudah kehilangan sekitar delapan kilo sekarang. Saya tak banyak keluar. Saya hanya pergi ke rumah ibu, sedikit belanja, itu saja ... Saya hanya tinggal di rumah dan tak tidur,” tuturnya.
Permintaan seorang pencari suaka di pusat penahanan imigrasi Darwin untuk menjalani kolonoskopi (pemeriksaan usus besar) diabaikan, meskipun menderita
- Dunia Hari Ini: Gempa Bumi Berkekuatan 6,2SR Mengguncang Turkiye, 150 Warga Luka-luka
- Tentang Hari Anzac, Peringatan Perjuangan Pasukan Militer Australia
- Dunia Hari Ini: Vatikan Umumkan Tanggal Pemakaman Paus
- 'Nangis Senangis-nangisnya': Pengalaman Bernyanyi di Depan Paus Fransiskus
- Perjalanan Jorge Mario Bergoglio Menjadi Paus Fransiskus
- Paus Fransiskus, Pemimpin Gereja Katolik yang Reformis, Meninggal Dunia pada Usia 88 tahun