Alang-alang Kecil Merajut Mimpi
“Kita berangkat saja, Pak”
Sungai Skanto telah berubah coklat. Airnya mengalir deras. Aku hanya mengamati punggung orang-orang yang berusaha melintasi sungai ini. Tampak juga motor dipikul menggunakan bambu karena tiba-tiba mati di muara sungai. Di atas sungai ada jembatan besar tetapi rapuh. Kini, masih dalam kondisi diperbaiki. Tak tahulah kapan selesai. Menyeberang sungai ini butuh semangat dan kepercayaan. Adakah yang menjualnya untukku?
“Jika balik atau memutar, kita akan terlambat sampai di sekolah, Bu Ayu”
Perjalanan semacam ini tidak ada dalam surat kontrakku. Tanpa alas aku bersama Pak Hery menyebrangi sungai. Kami hanya tertawa kecil dan segera mempercepat langkah. Pak Hery khwatir jika anak-anak terlalu lama menunggu kedatangan kami, mereka akan pulang lagi.
Beginilah tugas kami. Bagaimana membuat mereka percaya bahwa mereka bisa melakukan perubahan positif dalam hidup mereka. Salah satu yang bisa membantu mereka menemukan “hidup” yang sesungguhnya adalah lewat pendidikan. Masih ada hari-hari berikutnya yang akan kami lalui di tanah pedalaman Papua.
Semoga kehadiran kami disini dapat membantu alang-alang kecil ini merajut mimpi.(JPNN)
“Tuhan meletakkanmu di tempat sekarang, bukan karena kebetulan. Orang yang hebat tidak dihasilkan melalui kemudahan, kesenangan, dan kenyamanan.
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
- Setahun Badan Karantina Indonesia, Bayi yang Bertekad Meraksasa demi Menjaga Pertahanan Negara
- Rumah Musik Harry Roesli, Tempat Berkesenian Penuh Kenangan yang Akan Berpindah Tangan
- Batik Rifaiyah Batang, Karya Seni Luhur yang Kini Terancam Punah
- 28 November, Masyarakat Timor Leste Rayakan Kemerdekaan dari Penjajahan Portugis
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala