Alberthiene Endah; Jurnalis, Penulis Biografi, Novelis, sampai Skrip Film
Order dari Krisdayanti Hingga Ani Yudhoyono
Sabtu, 15 Mei 2010 – 07:39 WIB

BUKU BARU- Alberthiene Endah saat peluncuran buku biografi berjudul Memoar Romantika Probosutedjo; Saya dan Mas Harto. Foto: Dok Pribadi
"Buat aku profesi penulis itu benar-benar keren banget. Dulu sering saya membayangkan bagaimana rasanya menjadi Enid Blyton," katanya ketika ditemui di salah satu kafe di pusat perbelanjaan di kawasan Senayan, Jakarta, Kamis lalu (13/5).
Hobi membaca yang tumbuh sejak usia dini itu sebenarnya muncul karena berbagai keterbatasan keluarganya. Sebagai anak seorang pegawai negeri, bungsu dari lima bersaudara itu besar di lingkungan keluarga yang sederhana. "Jangankan beli buku, minta dibelikan boneka sederhana saja nggak pernah dituruti," tuturnya lantas tertawa.
Di antara saudara-saudaranya, Alberthiene mengakui memang paling beda sejak kecil. Daya khayalnya yang tinggi, sering membuat dirinya dianggap aneh. Misalnya, ketika ingin punya radio kecil yang bisa ditenteng kemana-mana, Alberthiene membuat tiruan radio dari kertas. Sedangkan suaranya, dia cukup puas dengan suaranya sendiri. "Akhirnya, yang menjadi penulis Cuma saya. Yang lain normal, ada yang pramugrari, pegawai negeri, atau wiraswasta," katanya sambil tersipu.
Angan-angan sejak kecil itu ternyata terus melekat hingga dia dewasa. Setelah lulus dari Sastra Belanda Universitas Indonesia, dia langsung memilih profesi sebagai jurnalis. Sekitar sepuluh tahun, sejak 1994, dia melampiaskan hobi menulisnya di majalah perempuan Femina.
BUKU-buku biografi umumnya belum mendapat apresiasi cukup bagi publik tanah air. Namun, sebagian besar biografi karya Albertheine Endah berhasil
BERITA TERKAIT
- Semana Santa: Syahdu dan Sakral Prosesi Laut Menghantar Tuan Meninu
- Inilah Rangkaian Prosesi Paskah Semana Santa di Kota Reinha Rosari, Larantuka
- Semarak Prosesi Paskah Semana Santa di Kota Reinha Rosari, Larantuka
- Sang Puspa Dunia Hiburan, Diusir saat Demam Malaria, Senantiasa Dekat Penguasa Istana
- Musala Al-Kautsar di Tepi Musi, Destinasi Wisata Religi Warisan Keturunan Wali
- Saat Hati Bhayangkara Sentuh Kalbu Yatim Piatu di Indragiri Hulu