Albiner Sitompul, dari Istana jadi Sutradara Drama Refleksi Sumpah Pemuda, tentang Cinta
Setting dan isi cerita mayoritas diambil dari apa yang dilihat dan dirasakan Albiner sebagai putra Sibolga. "Masa kecil saya dari lahir, SD, SMP, SMA, sampai (menjadi) komandan kodim di Sibolga," urai suami dr Giriwati Yogasara MARS yang berasal dari Sleman, Daerah Istimewa Jogjakarta, itu.
Selanjutnya, dia bertugas dalam Paspampres di Padang, Jakarta, dan Papua. Kemudian, dia menjadi kepala biro pers istana sejak September 2014 hingga Agustus 2015.
Ayah tiga anak tersebut suka menonton film-film petualangan. Dia juga penikmat tayangan yang bernuansa kultural. "Saya paling suka nonton Mahabharata versi India, versi wayang Jawa, suka sekali," ungkap dia.
Tapi, tetap saja pengalaman terjun langsung sebagai sutradara dalam sebuah drama musikal merupakan tantangan besar bagi Albiner. Karena itu, semakin dekat dengan waktu pementasan, semakin deg-degan pula dia.
"Istri sampai bertanya kenapa saya terlihat gelisah, mau tidur rasanya tidak tenang," bebernya.
Durasi persiapan pementasan itu praktis hanya 27 hari. Latihan setiap hari membuat waktu istirahat Albiner berkurang. Karena itu, dia melengkapi diri dengan suplemen makanan.
Mengarahkan produksi seni pertunjukan serta menangani pemain dan kru membuat Albiner merasakan bahwa disiplin dalam seni lebih berat daripada militer. Lalu, apakah dia tergolong sutradara galak?
"Tidak juga. Beliau mengayomi dan ada saatnya memang harus galak, lebih tepatnya disiplin," kata Gusti Mayani yang turut andil dalam pemilihan pemain dan penyusunan skenario.
ALBINER Sitompul adalah seorang tentara. Meski tak punya background teater, pria berkulit gelap itu memberanikan diri menyutradarai drama musikal
- Kisah Jenderal Gondrong ke Iran demi Berantas Narkoba, Dijaga Ketat di Depan Kamar Hotel
- Petani Muda Al Fansuri Menuangkan Keresahan Melalui Buku Berjudul Agrikultur Progresif
- Setahun Badan Karantina Indonesia, Bayi yang Bertekad Meraksasa demi Menjaga Pertahanan Negara
- Rumah Musik Harry Roesli, Tempat Berkesenian Penuh Kenangan yang Akan Berpindah Tangan
- Batik Rifaiyah Batang, Karya Seni Luhur yang Kini Terancam Punah
- 28 November, Masyarakat Timor Leste Rayakan Kemerdekaan dari Penjajahan Portugis