Album Natal dalam Berbagai Bahasa Diharapkan Menghibur Para Perantau di Australia
Saat ingat Natal di Indonesia, pastel tutup buatan sang ibu adalah salah satu yang pertama muncul di benak Peter Lazaro.
Namun tahun ini, Peter yang bekerja sebagai manajer proyek teknologi harus merayakan Natal di Sydney, bukan Semarang.
"Suasana perayaan, gereja, dan misa bisa tergantikan, karena pada intinya sama," ujar Peter kepada Natasya Salim dari ABC Indonesia.
"Tapi tidak ada yang bisa menggantikan masakan ibu," katanya.
Peter terbang ke Sydney pada tahun 1982 untuk melanjutkan SMA, kemudian sempat bekerja di Indonesia selama enam tahun, sebelum memutuskan kembali ke Australia untuk menetap.
Sekarang ia akan merayakan Natal ditemani istri dan kedua anaknya di Sydney, namun tidak pernah lupa kesepian yang pernah dirasakannya 39 tahun lalu.
"Waktu saya pertama sampai di Australia, selama beberapa tahun awal, saya tidak bisa pulang setiap tahun karena jumlah uang terbatas," ujar Peter.
"Memang ada teman yang merayakan Natal bersama, tapi rasanya berbeda, apalagi di negara asing tanpa saudara, rasanya bisa sepi sekali."
Peter Lazaro asal Semarang membawakan sebuah lagu berbahasa Indonesia dalam album Natal yang diluncurkan di Sydney
- Australia Menyelidiki Gelombang Kapal Pencuri Ikan dari Indonesia
- Dunia Hari Ini: Amerika Serikat Mulai Mendeportasi Imigran Tak Berdokumen
- Ini Tanggapan Warga Indonesia di Amerika Setelah Pelantikan Presiden Trump
- Dunia Hari Ini: Donald Trump Sesumbar Telah Memulai Zaman Keemasan Amerika Serikat
- Keputusan Meta Berhenti Bekerja Sama Dengan Tim Pengecek Fakta Dianggap Berisiko
- Dunia Hari Ini: Sandera Israel dan Palestina Dibebaskan Setelah 15 Bulan Perang di Jalur Gaza