Ali Fauzi, Adik Amrozi yang Enggan Disebut Insaf Jadi Teroris

Cukup Tiga Jam Ajarkan Orang Awam Bikin Bom

Ali Fauzi, Adik Amrozi yang Enggan Disebut Insaf Jadi Teroris
Keluarga Amrozi. Foto: dok JP
Menurut dia, banyak anggota JI yang tak mengetahui inti “perjuangan”. Misalnya, dengan doktrin jihad, lalu sang eksekutor menaruh bom di tempat umum kemudian diledakkan. Target utama tak kena, malah banyak korban jiwa yang melayang dari kalangan tak berdosa. Dari korban itu bahkan sebagian adalah anak kecil.

Selain itu, ada pula anggota jaringan terorisme yang mengumpulkan dana dengan cara merampok. Sejumlah orang berduit di negeri ini dirampas hartanya. Setelah mengumpulkan sejumlah uang, dana itu yang digunakan untuk membeli material bom. Selanjutnya merakit dan merencanakan pengeboman di suatu daerah.

Yang lebih keji lagi, sambung saudara Amrozi ini, ketika teroris meledakkan bom di Indonesia, mereka tak mengakui siapa yang mengebom. Akhirnya ada sejumlah pihak yang tertuduh. “Dalam jihad itu tak boleh diam-diam, harus ada pemimpin yang bertanggung jawab. Kemudian menjelaskan bahwa mereka yang mengebom. Itu baru jihad yang sesungguhnya,” jelas dia.

Ali Fauzi menuturkan, pada 2001 dia sudah mulai meninggalkan JI. Bahkan ia mendorong sebagian anggota JI untuk menyuarakan menghentikan operasi jihad yang dinilai melenceng dari syariat Islam. Saat Bom Bali I Oktober 2002, ia sudah tak lagi bergabung dengan JI.

Tak banyak teroris yang “insaf” dan ikhlas meninggalkan aktivitasnya. Namun bagi Ali Fauzi yang memilih meninggalkan dunia terorisme,

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News