Alih Kelola Blok Rokan, Momentum Wujudkan Kemandirian Energi

Oleh: Budi Muliawan, Pemerhati Sosial/Alumnus FH Universitas Brawijaya dan Program Pasca Sarjana FH Universitas Indonesia

Alih Kelola Blok Rokan, Momentum Wujudkan Kemandirian Energi
Pemerhati Sosial/Alumnus FH Universitas Brawijaya dan Program Pasca Sarjana FH Universitas Indonesia Budi Muliawan. Foto: Dokumentasi pribadi

Adalah geolog asal Amerika, Walter Nygren, yang menemukan kandungan minyak Blok Rokan pada tahun 1939. Pertama kali Walter Nygren menemukan lapangan Minas. Ini menjadi tambang minyak pertama di Blok Rokan. Baru kemudian pada tahun 1941 ditemukan lagi lapangan minyak kedua di Duri. Ladang minyak ini baru berproduksi pada tahun 1958.

Lapangan Minas disebut-sebut sebagai lapangan minyak terbesar di Asia Tenggara. Pengeboran pertama dilakukan oleh Caltex yang kemudian berganti nama menjadi Chevron.

Sejak mulai berproduksi pada tahun 1951 sampai tahun ini (2021), ladang minyak Rokan seluas 6.453 km2 telah menghasilkan 11,69 miliar barel minyak. Puncak produksi lapangan Minas terjadi pada tahun 1973 yang mencapai 440 ribu barel per hari. Di Blok Rokan terdapat 96 lapangan minyak. Dari semuanya, tiga lapangan minyak yang memiliki potensi besar, yaitu Duri, Minas, dan Bekasap.

Meskipun sudah miliaran minyak keluar dari bumi Blok Rokan, ladang minyak Blok Rokan diperkirakan masih memiliki cadangan minyak sekitar 1,5 miliar – 2 miliar barel. Artinya, ketika alih kelola dari Chevron ke Pertamina, potensi minyak bumi yang terkandung di Blok Rokan masih cukup besar.

Sejak dulu, Blok Rokan memang menjadi ladang minyak terbesar. Karena itu, produksi minyak dari Blok Rokan masih bisa dioptimalisasi.

Selama ini Chevron Pacific Indonesia hanya mengandalkan lapangan Minas dan Duri di Blok Rokan. Produksi Blok Rokan sempat menyentuh angka 300 ribu – 400 ribu barel per hari. Dengan jumlah produksi itu, kontribusi Blok Rokan terhadap produksi minyak nasional mencapai 45 persen.

Namun, kini produksi Blok Rokan mengalami penurunan. Saat ini rata-rata produksi minyak Blok Rokan sekitar 150,5 ribu barel per hari. Kontribusi terhadap produksi minyak nasional pun turun menjadi 24 persen. Sebagai catatan produksi minyak nasional secara keseluruhan berkisar 700-an ribu barel per hari.

Setelah alih kelola, Pertamina memasang target produksi Blok Rokan rata-rata 160,5 ribu barel oil per day (BOPD) per Juli 2021. Bahkan, Pertamina menargetkan produksi menjadi 165 ribu BOPD pada akhir 2021. Caranya, dengan menambah titik sumur pengeboran baru di Blok Rokan.

Budi Muliawan menilai proses alih kelola Blok Rokan bisa menjadi rujukan bagi peralihan wilayah kerja migas lainnya di Indonesia.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News